Khutbah KHUTBAH JUMAT

Khutbah Jumat Muharram: Memaknai Hakikat Hijrah

Kamis, 3 Agustus 2023 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat Muharram: Memaknai Hakikat Hijrah

Khutbah Jumat Muharram: Memaknai Hakikat Hijrah. (Ilustrasi: NUO).

Khutbah I


Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ ِللهِ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ų£Ų²Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų¢Ł†ŁŽŲ§Ų”ŁŲŒ ŁŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų§ŲØŁ’ŲŖŁŲÆŁŽŲ§Ų”ŁŽ Ł„ŁŁˆŁŲ¬ŁŁˆŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų§Ł†Ł’ŲŖŁŁ‡ŁŽŲ§Ų”ŁŽŲŒ ŁŠŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŁˆŁŁŠŁ’ بِعِلْمِهِ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŲ±Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŁŽŲ§Ų”ŁŲŒ Ų§Ł„Ł‚ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ„Ł : ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŁŠ Ł†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŒ Ł…ŁŽŲ§Ų°ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁƒŁ’Ų³ŁŲØŁ ŲŗŁŽŲÆŁ‹Ų§. Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ų§ŁŽ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲØŁŁŠŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł…ŁŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŲŒ Ų§Ł„Ł…ŁŁ†ŁŽŲ²Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ«ŁŽŲ§Ł„ŁŲŒ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ ŁŠŁŲ³ŁŽŲØŁ‘ŁŲ­Ł ŲØŁŲ­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁŁ‡Ł ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł فِي Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŲÆŁŁˆŁ‘Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų¢ŲµŁŽŲ§Ł„Ł. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ų­ŁŽŲ°Ł‘ŁŽŲ±ŁŽŁ†ŁŽŲ§ مِنْ ŲÆŁŽŲ§Ų±Ł Ų§Ł„ŁŁŲŖŁŁˆŁ’Ł†ŁŲŒ Ų§Ł„Ł…ŁŁ†ŁŽŲ²Ł‘ŁŽŁ„Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł : Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ł…ŁŽŁŠŁ‘ŁŲŖŁŒ ŁˆŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł…ŁŽŁŠŁ‘ŁŲŖŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŁŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŲ³Ł„Ł‘Ł… Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų®ŁŽŲ§ŲŖŁŽŁ…Ł Ų§Ł„Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ±Ł’Ų³ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŁŠŁ‘ŁŲØŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ®Ł’ŁŠŁŽŲ§Ų±Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ. ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ Ų£ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠŁ’ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللهِ ŁˆŁŽŲ·ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲŖŁŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ.


Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,


Waktu demikian cepat berlalu, bulan demi bulan pun terus berganti. Hingga tanpa terasa, kini kita sudah melewati minggu pertama di awal tahun baru hijriyah, yakni bulan Muharram 1444 H. Seiring pergantian waktu dan perubahan tahun itu, marilah kita semakin meningkatkan rasa syukur dan taqwa kita kepada Allah Jalla Jalaluhu. Karena tak pernah satu detik pun waktu yang kita lalui, kecuali di situ ada karunia Ilahi. Dan tiada pernah masa berganti, kecuali nikmat Allah senantiasa menyertai.


Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,Ā 


Sejarah telah mencatat, bahwa orang pertama yang meresmikan peristiwa hijrah Nabi sebagai tonggak awal dalam perhitungan kalender hijriyah adalah Umar bin Khattab RA, yaitu saat beliau menjabat sebagai Khalifah ke-2 menggantikan Abu Bakar As-Shiddiq RA. Peristiwa itu terjadi 17 tahun setelah Hijrah Nabi. Meski demikian, Sayidina Umar adalah seorang pemimpin yang selalu bermusyawarah dengan para sahabat Nabi yang lain dalam menyikapi berbagai persoalan umat, termasuk dalam menentukan penanggalan atau kalender umat Islam. Karenanya beberapa pendapat dari para sahabat Nabi pun sempat bermunculan. Ada yang berpendapat, bahwa penanggalan Islam hendaknya berpijak pada tahun kelahiran Nabi. Ada juga yang mengusulkan, tahun diangkatnya Nabi sebagai utusan Allah adalah waktu paling tepat dalam menentukan awal kalender umat Islam. Bahkan ada pula yang berpendapat agar tahun wafatnya Nabi dijadikan titik awal perhitungan penanggalan.


Dari beberapa usulan tersebut, Sayidina Umar lebih condong kepada pendapat Sayidina Ali bin Abi Thalib, yang mengusulkan peristiwa hijrah Nabi sebagai tonggak sejarah paling penting dalam Islam, dibanding peristiwa lainnya. Dengan alasan, karena hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah merupakan simbol pembatas antara yang hak dan yang batil. Peristiwa ini (yakni, awal penentuan kalender umat Islam) terjadi pada tanggal 1 Muharram, bertepatan dengan hari Jum’at, tanggal 16 Juli 622 M.


Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,


Jika kita lebih lanjut, ada hal yang unik dalam sistem kalender hijriyah. Karena dalam catatan sejarah, peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah sesungguhnya terjadi pada bulan Rabiul Awal, bukan pada bulan Muharram. Lalu mengapa justeru bulan Muharram yang dijadikan sebagai tonggak pertama penanggalan umat Islam?.


Dalam kitab-kitab Tarikh atau sejarah Islam, banyak dijelaskan bahwa Nabi bertolak dari Mekkah menuju Madinah terjadi pada hari Kamis terakhir di bulan Shafar, dan keluar dari tempat persembunyiannya di Goa Tsur pada awal bulan Rabiul Awal, bertepatan dengan hari Senin tanggal 13 September 622. Namun demikian, Sayidina Umar dan para sahabat Nabi yang lain saat merumuskan kalender umat Islam, memilih bulan Muharram sebagai awal tahun hijriyah. Ini karena, pada bulan Muharram-lah sesungguhnya Nabi pertama kali memiliki ’azam (rencana) untuk berhijrah. Mengingat pada bulan Muharram itu Rasulullah telah selesai dari seluruh rangkaian ibadah haji, juga karena bulan Muharram termasuk salah satu dari 4 bulan haram dalam Islam yang dilarang oleh Allah untuk berperang. Rasulullah sendiri pernah menyebut bulan Muharram dengan sebutan ā€œSyahrullah (Bulannya Allah)ā€, sebagaimana diungkapkan dalam sabdanya:Ā 


Ų£ŁŲ¶Ł„Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŠŲ§Ł… ŲØŲ¹ŲÆŁŽ Ų±Ł…Ų¶Ų§Ł†ŁŽ Ų“Ł‡Ų±Ł الله Ų§Ł„Ł…ŁŲ­Ų±Ł‘ŁŽŁ…Ł


ā€œSebaik-baik puasa di luar bulan suci Ramadhan adalah puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharramā€. (Hadist diriwayatkan oleh Imam Muslim).


Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,Ā 


Peristiwa hijrah merupakan kejadian penting yang di dalamnya tersimpan banyak hikmah yang bisa kita renungkan. Setidaknya, ada 3 nilai penting dari peristiwa hijrahnya Nabi dari Mekkah ke Madinah yang perlu kita teladani.


Pertama, transformasi atau perbaikan keummatan (kemanusiaan). Mengingat, misi utama hijrahnya Nabi beserta kaum muslim sesungguhnya untuk menyelamatkan nilai-nilai kemanusiaan. Karena betapa sebelum hijrah, penindasan dan kekejaman sangat lazim dilakukan oleh orang-orang kaya dan para penguasa terhadap masyarakat kecil yang lemah. Oleh karenanya, hijrah dalam hal ini ditujukan untuk mewujudkan suatu tatanan sosial (kemasyarakatan) yang lebih baik.Ā 


Hijrah dalam pengertian menyelamatkan ummat dari ketertindasan adalah sebuah kewajiban. Bahkan al-Qur’an menyatakan, bahwa jika ummat dalam kondisi tertindas dan ia sebenarnya mampu untuk hijrah tetapi tidak melakuan, maka ia dianggap sebagai orang yang menganiaya dirinya sendiri (zhalim). Sebab, luasnya bumi Allah dan melimpahnya rizqi di atasnya, pada dasarnya disediakan oleh Allah untuk keperluan manusia. Karena itulah, jika manusia atau masyarakat mengalami ketertindasan, Allah mewajibkan mereka untuk hijrah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. an-Nisa (4): 97-100:


؄نّ Ų§Ł„Ų°ŁŠŁ† ŲŖŁˆŁŁ‘Ų§Ł‡ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ„Ų¢Ų¦ŁƒŲ©Ł ŲøŲ§Ł„ŁŁ…ŁŁŠ أنفسهِمِ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁƒŁ†ŲŖŁ…, Ł‚Ų§Ł„ŁˆŲ§ ŁƒŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł…Ų³ŲŖŲ¶Ų¹ŁŁŠŁ† في الأرض, Ł‚Ų§Ł„ŁˆŲ§ Ų£ŁŽŁ„ŁŽŁ…Ł’ ŲŖŁŽŁƒŁŁ†Ł’ Ų£Ų±Ų¶Ł اللهِ ŁˆŲ§Ų³ŁŲ¹ŁŽŲ©ŁŒ ŁŲŖŁ‡Ų§Ų¬Ų±ŁˆŲ§ ŁŁŠŁ‡Ų§...Ā 


ā€œSesungguhnya orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan menganiaya diri mereka sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: ā€˜bagaimanakah kondisi kalian ini?’, mereka menjawab: ā€˜kami adalah orang-orang yang tertindas di negeri kami (Makkah)’, para malaikat lalu berkata: ā€˜bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kalian dapat berhijrah di bumi itu?ā€™ā€.


؄لاّ Ų§Ł„Ł…Ų³ŲŖŲ¶Ų¹ŁŁŠŁ† من الرّجالِ ŁˆŲ§Ł„Ł†Ł‘Ų³Ų§Ų”Ł ŁˆŲ§Ł„ŁˆŁ„ŲÆŲ§Ł†Ł Ł„Ų§ŁŽ ŁŠŲ³ŲŖŲ·ŁŠŲ¹ŁˆŁ† Ų­ŁŁŠŁ’Ł„ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁ„Ų§ ŁŠŁŽŁ‡Ł’ŲŖŁŽŲÆŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų³ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł„Ų§Ł‹


ā€œKecuali mereka yang tertindas itu (baik laki-laki, perempuan, atau pun anak-anak) benar-benar tidak memiliki kemampuan dan tidak mengetahui jalan untuk hijrahā€.


ŁŲ£ŁˆŁ„Ų¦Łƒ عسى Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł أنْ ŁŠŁŽŲ¹Ł’ŁŁŁˆŁŽ عنهم ŁˆŁƒŲ§Ł† الله Ų¹ŁŽŁŁŁˆŁ‘Ł‹Ų§ ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł‹Ų§


ā€œMaka terhadap mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkan. Dan Allah adalah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampunā€.


ŁˆŁ…Ł† ŁŠŁŁ‡ŁŽŲ§Ų¬ŁŲ±Ł’ في Ų³ŲØŁŠŁ„ الله ŁŠŁŽŲ¬ŁŲÆŁ’ في الأرض Ł…ŁŲ±ŁŽŲ§ŲŗŁŽŁ…Ł‹Ų§ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŲ¹ŁŽŲ©Ł‹, ŁˆŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ®Ł’Ų±ŁŲ¬Ł’ مِن ŲØŁŠŲŖŁ‡ مهاجرا ؄لى الله ŁˆŲ±Ų³ŁˆŁ„Ł‡ Ų«Ł…Ł‘ ŁŠŁŲÆŁ’Ų±ŁŁƒŁ’Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁˆŁ’ŲŖŁ ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ¹ŁŽ Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ų±ŁŁ‡Ł على الله ŁˆŁƒŲ§Ł† الله غفورا Ų±Ų­ŁŠŁ…Ų§Ā 


ā€œBarang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat yang luas dan rezeki yang berlimpah. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu kematian menimpanya (sebelum ia sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah Allah tetapkan pahala hijrah itu di sisi-Nya, dan Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayangā€.


Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,Ā 


Kemudian nilai yang Kedua, adalah transformasi atau perbaikan kebudayaan dan peradaban. Hijrah dalam hal ini dimaksudkan untuk mengentaskan masyarakat dari kebudayaan atau tabiat jahiliyah menuju kebudayaan dan peradaban yang Islami. Yaitu tatanan peradaban yang tidak memperbudak dan menjerumuskan manusia, tetapi membebaskan manusia dengan pancaran cahaya ilahi. Dengan demikian, hijrah pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan moral dan martabat kemanusiaan secara universal, sebagai makhluk yang paling mulia di muka bumi.Ā 


Lalu yang Ketiga, adalah transformasi atau pengembangan dakwah keagamaan. Transformasi inilah yang sesungguhnya yang menjadi pilar utama keberhasilan dakwah Rasulullah. Persahabatan beliau dan kaum Muslim dengan kalangan non-Muslim (Ahli Kitab: Yahudi dan Nasrani) yang ada di Madinah, sesungguhnya adalah basis utama dari misi kerasulan yang diemban oleh Rasulullah. Dari catatan sejarah kita dapat ketahui, bahwa orang yang pertama kali menunjukkan sekaligus mengakui ā€˜tanda-tanda kerasulan’ pada diri Nabi, adalah seorang pendeta Nasrani yang bertemu tatkala Nabi dan pamannya, Abu Thalib, berdagang ke Syria.


Kemudian, pada hijrah pertama dan kedua (ke Abesinia), pun kaum Muslim sempat ditolong oleh raja Najasy yang juga beragama Nasrani. Dan pada saat membangun kepemimpinan di Madinah, kaum Muslim bersama kaum Yahudi dan Nasrani, saling bahu-membahu dalam ikatan persaudaraan dan perjanjian yang damai. Fakta ini menunjukkan, betapa ajaran Islam adalah ajaran yang rahmatan lil ā€˜alamin, yang mengajarkan kedamaian kepada seluruh alam.Ā 


Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,


Penting juga untuk dipahami, bahwa hijrah tidak semata-mata bermakna perpindahan fisik dari satu daerah ke daerah lain. Hijrah harus pula dimaknai secara mental-spiritual. Dengan kata lain, hijrah hakikatnya bukan sekadar pindah tempat, tetapi pindah kelakuan. Dari kelakuan yang tidak baik menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan makna hijrah itu sendiri yang secara lughawi bermakna at-tarku wal bu’du (meninggalkan atau menjauhi). Imam Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, dalam kitabnya Zaadu al-Ma’ajir aw ar-Risalah Tabuukiyah, dalam menjelaskan makna hijrah ini, beliau menyatakan:Ā 


الهجرة هجرتان: هجرة بالجسم مِن بلد ؄لى بلد ŁˆŁ‡Ų°Ł‡ Ų£Ų­ŁƒŲ§Ł…ŁŁ‡Ų§ Ł…Ų¹Ł„ŁˆŁ…Ų©. ŁˆŲ§Ł„Ł‡Ų¬Ų±Ų© Ų§Ł„Ų«Ų§Ł†ŁŠŲ©: الهجرة بالقلب ؄لى الله ŁˆŲ±Ų³ŁˆŁŁ„Ł‡... ŁˆŁ‡Ų°ŁŁ‡ الهِجرة Ł‡ŁŠ الهِجرة Ų§Ł„Ų­Ł‚ŁŠŁ‚ŁŠŲ©Ł ...Ā 


Ada 2 macam hijrah. Pertama adalah hijrah jismiyah, yakni berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain. Hijrah semacam ini hukum dan ketentuan-ketentuannya telah jelas. Dan yang kedua adalah hijrah qalbiyyah, yakni berpindahnya hati menuju kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Inilah sesungguhnya makna hijrah yang paling hakiki. Ā  Ā  Ā Ā 


Senada dengan penjelasan Imam Ibnu al-Qayyim di atas, Imam ā€˜Izz bin Abdis Salam ad-Dimasyqi as-Syafi’i dalam kitabnya Nadlratu an-Na’im juga mengatakan:Ā 


الهجرة هجرتان: هجرة Ų§Ł„Ų£ŁˆŲ·Ų§Ł†ŲŒ ŁˆŁ‡Ų¬Ų±Ų© ال؄ثم ŁˆŲ§Ł„Ų¹ŲÆŁˆŲ§Ł†ŲŒ ŁˆŲ£ŁŲ¶Ł„Ł‡Ł…Ų§ هجرة ال؄ثم ŁˆŲ§Ł„Ų¹ŲÆŁˆŲ§Ł†Ų› لما ŁŁŠŁ‡Ų§ من Ų„Ų±Ų¶Ų§Ų” الرحمن ŁˆŲ„Ų±ŲŗŲ§Ł… النّفس ŁˆŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŠŲ·Ų§Ł†


Bahwa ada 2 macam hijrah, yaitu ā€˜hijratul authan’ (meninggalkan suatu wilayah menuju wilayah yang lain) dan ā€˜hijratul itsmi wal ā€˜udwan’ (meninggalkan perbuatan dosa dan permusuhan). Dari 2 macam hijrah itu, yang paling utama adalah hijratul itsmi wal ā€˜udwan, karena di dalamnya ada keridhoan Dzat Yang Maha Rahman dan ditundukkannya segala hawa nafsu dan bisikan syaitan. Ini sesuai dengan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Nasa’i, dari Abdullah bin ā€˜Amr bin ā€˜Ash RA bahwa Nabi SAW pernah ditanya:Ā 


Ų£ŁŽŁŠŁŁ‘ Ų§Ł„Ł’Ł‡ŁŲ¬Ł’Ų±ŁŽŲ©Ł Ų£ŁŽŁŁ’Ų¶ŁŽŁ„Ł ؟ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: (Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŁ‡Ł’Ų¬ŁŲ±ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ±ŁŁ‡ŁŽ Ų±ŁŽŲØŁŁ‘ŁƒŁŽ)Ā 


ā€œHijrah apakah yang paling utamaā€?. Beliau menjawab: ā€œYaitu hijrah meninggalkan perkara-perkara yang tidak disukai oleh Tuhanmuā€.


Hadirin yang dirahmati Allah,


Akhirnya, seiring pergantian tahun hijriyah ini tanpa terasa umur kita pun telah berkurang satu tahun. Itu berarti jatah hidup kita kian berkurang dan semakin mendekatkan kita pada hari kematian. Maka, tepat sekali apa yang dikatakan oleh Robi’ah al-Adawiyyah kepada Sufyan at-Tsauri, sebagaimana diceritakan dalam kitab Sifatu as-Shafwah:Ā 


؄نما أنت Ų£ŁŠŁ‘Ų§Ł… Ł…Ų¹ŲÆŁˆŲÆŲ©ŲŒ ف؄ذا ذهب ŁŠŁˆŁ… ذهب بعضك، ويوؓك Ų„Ų°Ų§ ذهب البعض أن ŁŠŲ°Ł‡ŲØ Ų§Ł„ŁƒŁ„Ł‘ŲŒ فاعمل.


ā€œSesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari telah berlalu, maka sebagian dirimu juga berlalu. Bahkan sering kali ketika sebagian harimu berlalu, itu bisa saja menghilangkan seluruh dirimu (yakni: mematikanmu). Oleh karena itu, beramal-lah.ā€Ā 


Demikian khutbah ini disampaikan, semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang berhijrah dalam pengertian yang hakiki, yakni meninggalkan perkara-perkara yang tidak baik menuju perbuatan yang lebih baik. Amin ya Rabbal ā€˜Alamin


ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ فِي Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų¢Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…Ł, ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų¢ŁŠŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų°Ł‘ŁŁƒŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł…Ł, ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ„ŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŁ‘ŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁ„Ų§ŁŽŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł…Ł. Ų£ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŁŠŁ’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡ŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł.


Khutbah II:


Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų°ŁŁŠŁ’ Ų§Ł„ŁŁŽŲ¶Ł’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų„ŁŁ†Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł…ŁŲŒ Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŁŁŽŲ¶Ł‘ŁŽŁ„ŁŽ Ų“ŁŽŁ‡Ł’Ų±ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ­ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŁ…Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŲŗŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŁ‡Ł مِنْ Ų“ŁŁ‡ŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲ§Ł…ŁŲŒ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł فِي Ų±ŁŲØŁŁˆŁ’ŲØŁŁŠŁ‘ŁŽŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŁ„ŁŁˆŁ’Ł‡ŁŁŠŁ‘ŁŽŲŖŁŁ‡Ł, ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ³Ł’Ł…ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲµŁŁŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł, ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰: (ŲŖŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ų³Ł’Ł…Ł Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ ذِي Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ„Ų§Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų„ŁŁƒŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł…Ł)، ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…Ų­Ł…ŲÆŲ§Ł‹ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡ŁŲŒ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„ŲØŁŽŲ±ŁŽŲ±ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„ŁƒŁŲ±ŁŽŲ§Ł…ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ’Ł…Ų§Ł‹ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŁ’Ų±Ł‹Ų§, Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ: ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł, Ų§ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŁ’ŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. Ł†ŁŽŲ³Ł’Ų£ŁŽŁ„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ تعالى Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ±Ł’Ų²ŁŁ‚ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ Ų®ŁŽŲ“Ł’ŁŠŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł فِي Ų§Ł„ŲŗŁŽŁŠŁ’ŲØŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽŲ§ŲÆŁŽŲ©ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ مِنْ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł…ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ, ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŁ‡Ł’ŲÆŁŁŠŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¬ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹Ų§Ł‹ Ų³ŁŽŁˆŁŽŲ§Ų”ŁŽ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł„ŁŲŒ ŁˆŁŽŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ų§ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŠŲÆŁ†Ų§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ بْنِ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁ اللهِ, ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲØŁŲ°ŁŽŁ„ŁŁƒŁŽ فِي ŁƒŁŲŖŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„ŁƒŲ±ŁŠŁ…: ļ“æŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŲ§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ…Ų§Ł‹ļ“¾. ŁŲ§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŠŲÆŁ†Ų§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. ŁˆŁŽŲ§Ų±Ł’Ų¶ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ų®ŁŁ„ŁŽŁŁŽŲ§Ų”Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§Ų“ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ¦ŁŁ…Ł‘ŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł…ŁŽŁ‡Ł’ŲÆŁŁŠŁŁ‘ŁŠŁ’Ł†ŁŽ: Ų£ŁŽŲØŁŁŠŁ’ ŲØŁŽŁƒŁ’Ų±Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł‚ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŁ…ŁŽŲ±ŁŽ Ų§Ł„ŁŁŽŲ§Ų±ŁŁˆŁ’Ł‚ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŲ«Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų°ŁŁŠŁ’ Ų§Ł„Ł†ŁŁˆŁ’Ų±ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲØŁŁŠ Ų§Ł„Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų±Ł’Ų¶ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ­ŁŽŲ§ŲØŁŽŲ©Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„ŲŖŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŁ…ŁŽŁ†ŁŁ‘ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŁƒŁŽŲ±ŁŽŁ…ŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŁƒŁŽ ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁƒŁ’Ų±ŁŽŁ…ŁŽ Ų§Ł„Ų£ŁŽŁƒŁ’Ų±ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ.Ā 
Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§Ł„Ų£ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ¢Ų”Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ, Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų³ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹ŁŒ Ł‚ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŲØŁŒ Ł…ŁŽŲ¬ŁŁŠŁ’ŲØŁ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ¹ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ. Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲ¹ŁŲ²Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ų„ŁŲ³Ł’Ł„Ų§ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ°ŁŁ„ŁŽŁ‘ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŲ±Ł’ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ“Ł’Ų±ŁŁƒŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’ŲµŁŲ±Ł’ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁˆŁŽŲ­Ł‘ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ®Ł’Ł„ŁŲµŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ų®Ł’Ų°ŁŁ„Ł’ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų®ŁŽŲ°ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŲÆŁŽŁ…Ł‘ŁŲ±Ł’ Ų£ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŲ¢Ų¦ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŲ¢Ų”ŁŽ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł ŁˆŲ£ŁŽŲ¹Ł’Ł„Ł ŁƒŁŽŁ„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŁƒŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§ŲÆŁ’ŁŁŽŲ¹Ł’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ²ŁŁ„ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ­ŁŽŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ų”ŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁŁŲŖŁ’Ł†ŁŽŲ©Ł Ł…ŁŽŲ§ ŲøŁŽŁ‡ŁŽŲ±ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŁ†Ų§ Ų„ŁŁ†Ł’ŲÆŁŁˆŁ’Ł†ŁŁŠŁ’Ų³ŁŁŠŁŽŲ§ Ų®ŁŽŲ¢ŲµŁ‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł’ Ų³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł’ŲØŁŁ„Ł’ŲÆŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŲ¢Ł…Ł‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų¢Ł…ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ فِي Ų£ŁŽŁˆŁ’Ų·ŁŽŲ§Ł†ŁŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ł„ŁŲ­Ł’ Ų£ŁŽŲ¦ŁŁ…Ł‘ŁŽŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁˆŁŁ„ŁŽŲ§Ų©ŁŽ Ų£ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų±ŁŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ų¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„Ł’ ŁˆŁŁ„ŁŽŲ§ŁŠŁŽŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų®ŁŽŲ§ŁŁŽŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŽŲ§ŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŲØŁŽŲ¹ŁŽ Ų±ŁŲ¶ŁŽŲ§ŁƒŁŽ ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽ Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¢ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁŁŁŠ Ų§Ł„Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł. Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ! Ų„ŁŁ†ŁŽŁ‘ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ’ŲŖŁŽŲ¢Ų”Ł ذِي Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ¢Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ, ŁˆŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł†ŁŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ‡Ł ŁŠŁŽŲ²ŁŲÆŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų³Ł’Ų¦ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł‡Ł مِنْ ŁŁŽŲ¶Ł’Ł„ŁŁ‡Ł ŁŠŁŲ¹Ł’Ų·ŁŁƒŁ…, ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŲ±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł, ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł Ł…ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲµŁ’Ł†ŁŽŲ¹ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ.


Khalil Mohamad,Ā Ketua II Pengurus Cabang LDNU Kabupaten Indramayu