Haul Buya KH Zainuddin Maksum Ali: Mengenang Ulama Khos Depok yang Istiqomah Berdakwah
Jumat, 2 Agustus 2024 | 08:00 WIB
Abdul Mun'im Hasan
Kontributor
Depok, NU Online Jabar
Peringatan satu tahun wafatnya Almarhum Buya KH. Zainuddin Ma’shum Ali diselenggarakan dengan khusyuk dan khidmat pada Jumat (26/7/24) malam. Acara yang sederhana ini melibatkan pengiriman doa, Yasin, Tahlil, dan pembacaan Maulid, sebagai bentuk penghormatan kepada ulama khos yang dikenal sebagai paku bumi kota Depok.
Anak kedua almarhum, H Azman Ridha Zain, dalam sambutannya mengenang bahwa ayahnya wafat pada Sabtu, 29 Juli 2023. Buya KH Zainuddin Ma’shum Ali, yang lahir di Desa Sanankerto Turen, Malang, merupakan alumni Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan Pondok Pesantren Al-Muayyad Solo. Beliau juga adalah pengasuh Ponpes Al-Hamidiyah Depok.
"Beliau berjasa mengembangkan syiar dakwah Islam di pulau Nias, Sumatera Utara, selama 20 tahun sejak 1969, di masa PBNU dipimpin oleh KH Idham Cholid. Di Nias, beliau pernah menjabat sebagai Ketua MUI, Hakim Agama, dan Kepala Madrasah Aliyah NU di Gunung Sitoli, dengan status sebagai Dai Pembangunan dari PBNU dan Dai Maktab Rabithah Alam Al-Islamy dari Arab Saudi," ujar Gus Azman, panggilan akrab H Azman Ridha Zain.
Almarhum dikenal memiliki metode dakwah yang menarik, sederhana, egaliter, dan tegas, sehingga menarik banyak warga Nias untuk memeluk agama Islam dan menjadi penganut Islam ahli sunnah wal jamaah. Banyak kader-kader dai yang dilahirkan dari bimbingannya, yang kini melanjutkan perjuangannya di berbagai daerah di Indonesia.
Azman juga menyebut bahwa ayahnya, Buya KH Zainuddin Ma’shum, selalu istiqomah dalam berdakwah, baik di kalangan santri maupun masyarakat umum. Bahkan, saat masih menjadi Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, beliau aktif berceramah di berbagai majelis taklim dan acara peringatan hari besar Islam di Depok dan sekitarnya. Selain itu, beliau pernah menjabat sebagai Rois Syuriah NU Depok dan Ketua di kepengurusan Pusat Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdhiyyah (JATMAN) selama dua periode.
Selama hidupnya, Buya dikenal rajin dan istiqomah dalam menjalankan ibadah, seperti sholat tahajud, sholat sunnah, zikir, dan puasa sunnah. Hingga usia 82 tahun, beliau masih sehat, kuat, dan mampu menjaga stamina, bahkan masih mengajar di Majelis Taklim Syekh Ikbal Khan setiap Kamis malam selama kurang lebih dua puluh tahun.
"Mudah-mudahan konsistensi Buya dalam berdakwah tersebut menjadi wasilah beliau untuk menggapai husnul khatimah dan ditempatkan dalam maqom mulia di alam sana bersama para Waliyullah," harap Gus Azman.
Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Prof. Dr. KH. Oman Fathurrahman, mengungkapkan bahwa Buya adalah sosok kiai yang dicintai oleh santri dan masyarakat karena sikap disiplinnya dalam beribadah dan menjadi teladan bagi santri.
"Meskipun Buya sudah tiada, beliau masih ada di hati para santri dan murid-muridnya. Banyak amal sholeh dan ilmu yang diajarkan kepada murid-muridnya. Semoga para santri Al-Hamidiyah dan seluruh murid beliau mampu meneladani almarhum dan meneruskan perjuangan dakwahnya," terang KH. Oman.
Acara tersebut dipimpin oleh KH. Abdul Rosyid Marhaly, yang juga menantu almarhum, dan dihadiri oleh santri, warga sekitar, serta para asatidz dari Pesantren Al-Hamidiyah, termasuk Ust. Aan Humaidi.
Terpopuler
1
Dialog Refleksi Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Pendidikan dan Kepemimpinan
2
Pesantren Karangmangu Bertaraf Nasional, Cetak Puluhan Khatimin dari Berbagai Daerah
3
Sekda Tasikmalaya Apresiasi Kiprah IPPNU dalam Membangun Generasi Melek Teknologi
4
Meriahkan Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Umumkan Juara Lomba Kreativitas Pelajar se-Kabupaten
5
RMI PWNU Jabar Kritik Kebijakan Gubernur Terkait Penyerahan Ijazah
6
LP Ma’arif NU Jabar dan Gurfah Azhariyah Gelar Tes Masuk Universitas Al-Azhar Mesir
Terkini
Lihat Semua