• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 15 Mei 2024

Daerah

Pelajar NU Pacet Ngabaperan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari

Pelajar NU Pacet Ngabaperan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari
Ustadz Khoiru Faruq selepas Ngabaperan (Foto: NU Online Jabar/Abdullah Alawi)
Ustadz Khoiru Faruq selepas Ngabaperan (Foto: NU Online Jabar/Abdullah Alawi)

Bandung, NU Online Jabar 
Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan PAC Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Kecamatan Pacet memiliki program unggulan bernama Ngabaperan, yakni ngaji bareng pelajar bulanan. 

Ngabaperan adalah pengajian rutin tiap bulan yang menghadirkan narasumber tetap yakni Ketua Rijalul Ansor Kabupaten Bandung Ustadz Khoeru Faruq yang membahas salah satu karya Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari yakni Risalah Ahlussunah wal Jama’ah. 

Menurut Ketua PAC IPNU Kecamatan Pacet Yusuf Solihin Ngabaperan diikuti anggota IPNU dan IPPNU di berbagai lembaga pesantren di kecamatan tersebut. Tiap pengajian tak kurang dari 70 peserta.    

Ia menyebut beberapa pesantren yang rutin mengikuti Ngabaperan, yaitu Pesantren Syifaus Salam, Al-Iman, Al-Ikhlas, An-Nur, Badrul Ulum, Al-Hilal, Al-Ikhlas Manarul Huda, Sabilul Falah, Misbahul falah, Al-Muzayyad, Mts dan Ma Al-Halimiyah, Daru Rahman, Al-Istiqomah, Assyirajji, Al-Fahriyah, Nahdlatul Falah, Al-Zamzam, Darul Abrar, Nurul Huda.

Menurut Ketua PAC IPPNU Pacet Pipih Faoziah, istilah Nagabaperan muncul salah seorang aktivis IPPNU atas nama Ayu Fitria. Kemudian hingga kini masih terus digunakan karena meras pas bagi kalangan pelajar. 

Menurut dia, tempat Ngabaperan tiap bulan berbeda tempat dari satu pesantren ke pesantren lain. Ngabaperan pertama dilakukan di Pesantren Syifaus Salam, kedua di Al-Zamzam, ketiga, di Al-Ikhlas, keempat kembali ke Syifaus Salam, kelima, di Al-Istiqomah, dan keenam, di Al-Iman.

Gagasan pengajian ini berawal dari Ajengan Khoiru Faruq yang memiliki pandangan bahwa pelajar dan santri NU harus mengenal pemikiran pendiri NU.     

“Sebetulnya saya ingin belajar,” kata Ajengan Khoiru Faruq saat ditanya tentang gagasannya itu. 

Menurut dia, dengan membaca kitab Hadratussyekh, dirinya bisa belajar bareng dengan para pelajar. Kemudian, ia berpandangan bahwa para pelajar putra dan putri NU ini adalah masa depan NU. 

Jadi, lanjutnya, mereka harus mengetahui pemikiran-pemikiran dari tokoh NU. 

Pada Ngabaperan yang berlangsung di Pesantren Al-Iman Cipeujueh, Ahad (18/10) ustadz Khoeru Faruq menjelaskan Fashlun fi bayani tamassuki ahli Jawa bimadzhabi ahlussunah wal jamaah, wa bayani ibtidai dhhuril bida'i wan tisyariha fi ardhi Jawa, wanbayani anwail mubtadiiina al-maujudina fi hadzal zaman.

Pada bagini ini, kata Ustadz Khoeru, Hadratussyekh menjelaskan bahwa pada mulanya amaliah dan pemikiran Islam di Nusantara itu sama. Namun, kemudian menjadi berbeda bahkan saling menentang setelah munculnya paham Wahabi. 

Paham yang disebut terakhir tersebut di antaranya melarang berziarah yang dibolehkan oleh ulama salaf, misalnya oleh Imam Nawawi dalam kitab Majmu jilid 8 halaman 274 dan Ibnu Hajar Al--Asqalani di kitab Fathul Bari juz 4 halaman 197.  

Pewarta: Abdullah Alawi  
 


Daerah Terbaru