• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Daerah

Gus Ulil Jelaskan 2 Kategori dalam Mencari Ilmu Pengetahuan

Gus Ulil Jelaskan 2 Kategori dalam Mencari Ilmu Pengetahuan
Ulil Abshar Abdalla saat memaparkan materi di acara Webinar Nasional memperingati Harlah KH. Moh. Ilyas Ruhiat dan Harlah ke-96 Nahdlatul Ulama (foto: Ss Youtube STT Cipasung)
Ulil Abshar Abdalla saat memaparkan materi di acara Webinar Nasional memperingati Harlah KH. Moh. Ilyas Ruhiat dan Harlah ke-96 Nahdlatul Ulama (foto: Ss Youtube STT Cipasung)

Tasikmalaya, NU Online Jabar
Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Cipasung menggelar acara Webinar Nasional memperingati Harlah KH. Moh. Ilyas Ruhiat dan Harlah ke-96 Nahdlatul Ulama dengan tema “Perilaku Sufistik dalam Perspektif Ilmu Pengetahuan Teknologi (Iptek),” Senin (31/1).


Dalam acara webinar tersebut mengundang tiga narasumber yakni Cendekiawan Muslim Ulil Abshar Abdalla, Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jawa Barat juga selaku Dekan FTSL ITB Edwan Kardena, dan yang ketiga Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Istimewa (PCINU) Jerman Muhammad Rodlin Billah.


Ulil Abshar Abdalla dalam pemaparannya menyampaikan bahwa ada dua kategori mencari pengetahuan yakni pengetahuan fardhu ain dan fardu kifayah. Pengetahuan fardhu ain artinya pengetahuan yang wajib diketahui oleh setiap muslim seperti bagaimana sholat, bagaimana puasa yang berkaitan dengan kebutuhan individu terhadap Tuhannya. 


“Fardu ain yakni pengetahuan yang wajib di cari dan didapatkan setiap muslim sebagai mahluk tuhan dalam penghambaanya terhadap Allah swt. Ilmu-ilmu yang perlu didappatkan oleh setiap muslim ini merupakan menjadi bekal kehidupannya untuk menghuni surganya Allah,” katanya.


Sementara itu, fardu kifayah adalah pengetahuan setiap individu dalam memenuhi kebutuhannya di dunia, ilmu sosial, ilmu ekonomi, dan ilmu lainnya agar manusia berusaha memenuhi kebutuhannya, berusaha sendiri, gotong royong, kerjasama, dan ilmu pengetahuan yang dapat membuat peradaban manusia di dunia.


“Ilmu-ilmu yang digunakan untuk menegakkan kehidupan seperti ilmu kedokteran, perdagangan, pertanian dan lain sebagainya. Bahkan dalam praktek kehidupan sehari-hari, fardhu kifayah harus lebih diutamakan untuk kepentingan kemaslahatan bersama. Kenapa,  Karena fardhu kifayah mempunyai dampak sosial, sedangkan fardhu ain lebih berdampak terhadap individu,” ungkapnya.


Belajar ilmu teknologi dan sains kata Gus Ulil sapaan akrabnya termasuk ilmu pengetahuan fardu kifayah, karena dengan belajar teknologi dan sains bisa memajukan peradaban.


Dalam belajar teknologi dan sains kata Gus Ulil sapaan akrabnya, pelajar Islam (Mahasiswa) yang notabenenya dari pesantren, mereka pasti akan merasa sedang berhadapan dengan suatu peradaban besar yang susah ditaklukan. Apalagi hegemoni peradaban alternatif ini, bila tidak dibekali dengan pengetahuan Islam yang cukup, akan menyebabkan pemahaman yang salah. 


Pada abad ke 19 lanjut Ulil, salah seorang pengarang dari Perancis yang bernama Ernest Renan, mengkritik bahwa peradaban Islam tidak akan maju karena tidak didasari pemikiran rasional.


Menurut Gus Ulil, Imam Ghazali banyak disalah pahami, karena sebetulnya pemikiran Imam Ghazali sama dengan filsuf pada zaman peradaban Islam dalam masa keemasan. 


“Imam Al-Ghazali pada masanya merupakan seorang filsuf yang membawa dunia barat pada masa keemasan pengetahuan, namun orang-orang barat memanupulasi nama Al-Ghazali dengan nama lain, sehingga tidak mengathui bahwa Islam bisa membawa kemajuan peradaban,” jelasnya.


“Bahwa pengetahuan atau pendekatan rasional itu tidak bertentangan dengan wahyu, jadi rasio manusia harus berkembang sesuai dengan wahyu,” tambahnya.


Anak-anak NU saat ini yang mewarisi suatu pola pemahaman keagamaan yang berciri tawasuth, moderat, dengan belajar ilmu teknologi dan sains mungkin akan lahir saintis-saintis muslim yang berbeda. 


“Adapun ciri-ciri pemahaman yang tawasuth yaitu dalam hal keimanan mengikuti doktrin teologis yang dikembangkan oleh Imam Asy’ari, dalam bidang fiqih mengikuti sistem bermadzhab, dan dalam bidang tasawuf mengikuti Imam Ghazali,” pungkasnya. 


Pewarta: Abdul Manap


Daerah Terbaru