Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Syariah

Tata Cara Shalat Gerhana Matahari Lengkap

Tata Cara Pelaksanaan Shalat Gerhana Matahari

Shalat gerhana matahari dianjurkan ketika gerhana matahari terjadi. Tata cara shalat gerhana matahari sedikit berbeda dari shalat sunnah pada umumnya.


Berikut ini tata cara shalat gerhana matahari seperti yang dilansir dari NU Online:

  1. Niat di dalam hati ketika takbiratul ihram sebagai imam atau makmum. 
  2. Mengucap takbir ketika takbiratul ihram sambil niat di dalam hati. 
  3. Baca ta‘awudz, Surat Al-Fatihah, dan membaca surat dalam Al-Qur’an. 
  4. Rukuk. 
  5. tidal. 
  6. Baca ta‘awudz, Surat Al-Fatihah, dan membaca surat dalam Al-Qur’an.
  7. Rukuk kedua. 
  8. Itidal kedua dan baca doa i'tidal.
  9. Sujud pertama.  
  10. Duduk di antara dua sujud.  
  11. Sujud kedua.  
  12. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua. 
  13. Bangkit dari duduk, lalu mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Durasi pengerjaan rakaat kedua lebih pendek daripada pengerjaan rakaat pertama. 
  14. Setelah sujud kedua pada rakaat kedua, duduk tasyahud untuk membaca tasyahud akhir. 
  15. Salam.   
  16. Istighfar dan doa.


Adapun berikut ini sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan shalat sunnah gerhana matahari:


Baca Juga:
Waktu Pelaksanaan Shalat Gerhana Bulan menurut Syekh Abdul Qadir Al-Jailani


أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ اِمَامًا / مَأْمُوْمًا لِلّهِ تَعَالَى

 


Kitab-kitab fikih Mazhab Syafi’i menaruh perhatian pada soal durasi ruku’ shalat gerhana. Menurut mereka, ruku’ yang pertama dalam rakaat pertama lebih panjang dari yang kedua. Pada ruku’ pertama, imam dan jamaahnya (idealnya) membaca tasbih sekira bacaan seratus ayat Surat Al-Baqarah. Sedangkan, pada ruku’ kedua, mereka membaca tasbih sekira bacaan delapan puluh ayat Surat Al-Baqarah.


Setelah selesai shalat, imam atau penggantinya menyampaikan khotbah sebagaimana khotbah Jumat. Untuk shalat sunnah gerhana matahari sendirian, tidak perlu ada khotbah. Begitu juga jika semua jamaahnya adalah perempuan. Tetapi jika ada salah satu dari perempuan tersebut yang berdiri untuk memberikan mauidlah tidak ada masalah.


َيَخْطُبُ الْإِمَامُ) أَيْ أَوْ نَائِبُهُ وَتُخْتَصُّ الْخُطْبَةُ بِمَنْ يُصَلِّي جَمَاعَةً مِنَ الذُّكُورِ فَلَا خُطْبَةَ لِمُنْفَرِدٍ وَلَا لِجَمَاعَةِ النِّسَاءِ فَلَوْ قَامَتْ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ وَوَعَظَتْهُنَّ فَلَا بَأْسَ بِهِ كَمَا فِى خُطْبَةِ الْعِيدِ 


Baca Juga:
Gerhana Bulan Sebentar Lagi, Berikut Amalan Sunnah yang Bisa Dilakukan Menurut Kiai Alawi


Artinya, “Kemudian imam berkhotbah atau orang yang menggantikan imam. Khotbah dikhususkan bagi orang laki-laki yang yang mengikuti shalat tersebut secara jamaah. Karenanya, tidak ada khutbah bagi orang yang shalat sendirian juga bagi jamaah perempuan, (akan tetapi, pent) jika salah satu dari jamaah perempuan berdiri dan memberikan mauidlah, tidak apa-apa sebagaimana dalam khotbah shalat ‘ied,” (Lihat Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatus Syeikh Ibrahim Al-Baijuri, [Indonesia, Darul Kutub Al-Islamiyyah: 1428 H/2007 M], juz I, halaman 438). Wallahu a’lam.


Editor: Muhammad Rizqy Fauzi

M. Rizqy Fauzi
Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait