Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Ngalogat

Shalawat Bani Hasyim, Antara Karamah Abah Sepuh dan Khasiatnya

Syeikh Abdullah Mubarok (Abah Sepuh) & Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin (Abah Anom). (Desain: M Fahmi).

Oleh: Hari Susanto
Shalawat adalah sebuah pujian atau ungkapan kecintaan seorang hamba terhadap kekasih Allah Swt. yakni Nabi Muhammad Saw. Dengan senantiasa bershalawat kepada beliau, seorang hamba berharap agar selalu dekat dengan kekasih Allah itu dan ia pun meyakini bahwa kelak akan mendapatkan syafa’at (pertolongan) baik di dunia atau pun di akhirat berkat shalawat yang diamalkannya tersebut.

 

Disebutkan di dalam Al-Qur’anul Karim, Allah Swt. berfirman:

 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ  يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab [33]: Ayat 56)

 

Namun, di antara banyaknya shalawat yang telah masyhur atau yang telah kita ketahui dari berbagai kitab keislaman mau pun dari apa yang telah diajarkan oleh para ulama, terdapat satu shalawat Nabi yang menjadi amalan andalan Abah Sepuh (Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad/ pendiri pondok pesantren Suryalaya, Tasikmalaya) sehingga menjelma sebuah kekuatan luar biasa (karamah) yang beliau peroleh dari keistiqamahannya dalam mengamalkan shalawat Bani Hasyim.

 

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى النَّبِيِّ الْهَـاشِمِيِّ مُحَمَّدٍ وَّعَلَى الِه وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا

 

Artinya:“Ya Allah, berikanlah rahmat serta salam kepada seorang nabi keturunan Bangsawan Hasyim, yakni Muhammad beserta keluarganya, semogalah tetap selamat dan sejahtera.”

 

Menurut K.H. Drs. Otong Sidiq Djajawisastra, Wakil Talqin TQN PP. Suryalaya, sekaligus Ahli Sejarah asal Kab. Ciamis (wafat pada Kamis, 25 Maret 2010 M silam) yang diceritakan kembali oleh Abah Siroj yang juga seorang Wakil Talqin TQN PP. Suryalaya, bahwasanya diceritakan:

 

Waktu itu, Abah sepuh (Syekh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad ra, ayahanda Abah Anom ra) mendapat tugas dari gurunya Mama Agung Syekh Tolhah Kalisapu Cirebon untuk bertabaruk belajar shalawat Bani Hasyim kepada ahlinya yaitu Syekh Kholil Bangkalan Madura. Abah Sepuh harus berjalan kaki dari Cirebon ke Madura bersama 11 orang murid-murid Syekh Tolhah lainnya. Jadi semuanya berjumlah 12 orang. Singkat cerita, sampailah mereka ke Alas Roban (hutan yang sangat lebat berada antara Pekalongan dan Kendal), waktunya bertepatan saat Maghrib. Lalu, ke 12 orang itu semua memasuki masjid yang saat itu ada orang tua yang sudah berdiri menjadi imam. Orangtua itu lantas membaca niat dengan bacaan, ‘Usholli fardhal maghribi, pitik ireng, pitik putih, wedus gembel, menda, kebo, pada melebu kabeh. Maring kandenge, Allahu Akbar’ (Niat saya shalat maghrib, ayam hitam, ayam putih, kambing, domba, kerbau semuanya masuk ke dalam kandangnya masing-masing, Allahu Akbar). Spontan, seluruh rombongan kecuali Abah Sepuh membubarkan diri dari barisan jama’ah shalat maghrib begitu mendengar imam membacakan hal itu dan setelah seorang demi seorang mereka kembali lagi ke Cirebon. Lain halnya dengan Abah Sepuh, begitu selesai shalat, imam menoleh kepada Abah Sepuh yang tinggal seorang diri. Selanjutnya imam berkata sambil tersenyum, ‘Oh memang koyo ngono angger wong nganggo otak. Sampeyan Insya Allah berhasil.’ (Begitulah orang yang menggunakan otak, memakai metode. Syetan berfikir di hadapan Allah sewaktu diperintah sujud).  Kenapa Abah Sepuh tetap bermakmum?  Sebab, Beliau cerdas dan mengetahui sekalipun imam mengucapkan seperti itu, shalat tetap sah sebab ucapan tersebut dilakukan di luar shalat. Sampai Bangkalan (hanya seorang diri) langsung diijazahi shalawat Bani Hasyim oleh Syekh Kholil Bangkalan (Madura). Saat pulang, Beliau (Abah Sepuh) diantar ke tepi pantai dan disediakan perahu yang hanya muat untuk seorang diri. Beliau mencari-cari pendayung tetapi tidak menemukan bahkan dayungnya pun tidak  pula ditemukan. Akhirnya dengan penuh keyakinan, Beliau niat membaca shalawat Bani Hasyim.  Subhanallah, tiba-tiba perahu bergetar dan mulai bergerak-gerak saat mulai dibaca, ”Allahuma ..., dst.” Ibarat perahu boat dinyalakan mesinnya kalau zaman sekarang. Abah Sepuh berfikir, pastilah shalawat Bani Hasyim dayungnya. Begitu selesai pembacaan shalawat Bani Hasyim, tiba-tiba perahu melesat ke arah barat hingga sampai ke Cirebon. Di pantai Cirebon, Mama Guru Agung menyambut murid terbaiknya yang telah berhasil menjalankan tugasnya.”

 

Setelah peristiwa itu, Abah Sepuh mengijazahkan kembali shalawat Bani Hasyim tersebut kepada putranya (Abah Anom/ Syekh Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin ra) yang sekaligus menjadi penerus estafet ke-mursyidan TQN pondok pesantren Suryalaya.

 

Menurut beberapa tuturan wakil talqin TQN pondok pesantren Suryalaya yang penulis dengar secara langsung ketika menghadiri acara manakiban di masjid Nurul Asrar, di pondok pesantren Suryalaya, Tasikmalaya,  KH. Sandisi mengatakan bahwa; “Shalawat Bani Hasyim mengandung banyak sekali manfaatnya.” Kemudian lanjutnya; Pangersa Abah menyampaikan menurut qoul ulama sufi di sana dijelaskan:

 

Wainkunta fi amrin wadikta bihamlihi faasbaha fi usrin wa amsaita fil kharoj fasolli’ala muhramiilali hasyimi kasiron fainnallaha yaktika bil faroj

 

Artinya: “Ketika kamu punya urusan sehingga sudah berat untuk memikul urusan itu, pagi-pagi dalam kesulitan, dan sore-sore dalam kebingungan, maka bacalah shalawat pilihan atas kalangan Bani Hasyim sebanyak-banyaknya, sesungguhnya Allah akan memberikan kepadamu kegembiraan, kelapangan, dan kesenangan.”

 

Dan penuturan yang sama pun diungkapkan oleh KH. M. Sirojudin Ruyani (Abah Siroj) ketika beliau menghadiri acara manakib di Musholla Al-Mustofa, Pekandangan, Indramayu-Jawa Barat.

 

Bagi ikhwan TQN pondok pesantren Suryalaya, tentunya amat sangat meyakini akan banyaknya khasiat yang terkandung dalam shalawat Bani Hasyim tersebut. Sehingga di kalangan ikhwan TQN pondok pesantren Suryalaya dalam mengamalkan shalawat tersebut menjadi sebuah kewajiban untuk membacanya ketika sebelum dan sesudah melaksanakan acara manakib atau amalan pokok TQN pondok pesantren Suryalaya, Tasikmalaya dengan selalu berharap limpahan berkah dari guru-guru mulia, yakni Abah Sepuh, Abah Anom, Syekh Tolhah Kalisapu, sampai kepada Syekh Ahmad Khatib Sambas, sampai kepada Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, sampai kepada Syekh Bahauddin An-Naqsyabandi, sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sampai kepada Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehingga sampai (Ittishal al-sanad) kepada Sayyidunaa manba-ul 'ilmi wal asraari wa makhzanul faidli wal anwaari wa maljaa-ul ummati wal abraari wamahbathu jibriila fil-laili wan nahaari wa habiibullaahis sattaaril ladzii unzila  ‘alaihi afdlalul kutubi wal asfaari Sayyidunaa Muhammadunil mukhtaari shallallahu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihil akhyaar, Rasulullah Muhammad Saw. sampai kepada Malaikat Jibril, kemudian kepada Rabbul arbaabi wamu'tiqur riqaabi Allahu subhanahu wa Ta’ala.

 

Salah satu khasiat dari shalawat Bani Hasyim yang dirasakan sendiri oleh pribadi penulis adalah:

 

Diceritakan pada waktu sebelum zuhur kala itu (April, 2021), di mana ketika penulis hendak membacakan surat Yasin kepada salah seorang tetangga yang sedang sakaratul maut selama berhari-hari (tutur keluarganya) tentu saja hal itu membuat pihak keluarga merasa kasihan terhadap salah seorang anggota keluarganya yang demikian sehingga menyuruh penulis untuk membacakan surat Yasin di hadapannya. Bacaan surat Yasin pun sudah berulang kali dibaca baik sesaat sebelum azan shalat zuhur berkumandang atau pun setelahnya dengan harapan membantu atau memberikan yang terbaik kepada orang yang sedang sakaratul maut. Namun, hal itu ternyata belum juga membuahkan hasil yang diharapkan.

 

Setelah penulis merasa pasrah, merasa lelah karena terus membaca surat Yasin secara berulang-ulang, Seketika saja dalam hati penulis terlintas suatu ingatan tentang kisah karamah Abah Sepuh dengan keajaiban shalawat Bani Hasyim yang beliau dapatkan dari Syekh Kholil Bangkalan, Madura. Tanpa pikir panjang penulis pun langsung membacakan shalawat tersebut dengan penuh ta’dzim kepada Pangersa Abah Sepuh dan Syekh Kholil Bangkalan.

 

Atas izin Allah, sesaat setelah dibacakan shalawat Bani Hasyim tersebut, akhirnya Bapak Tasur (orang yang sedang sakaratul maut) menghembuskan nafas terakhirnya dengan mudah setelah sekian hari terus ditimpa sakaratul maut.”

 

Wallahu A’lam.

 

Penulis merupakan salah seorang Santri Alumni Pondok Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir

Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait