KH Abubakar Sidik Ungkap 7 Alasan Kenapa Anak Harus Belajar di Pesanten
Sabtu, 31 Juli 2021 | 10:19 WIB
Bandung, NU Online Jabar
Wakil Ketua PWNU Jawa Barat KH Abubakar Sidik mengatakan kalau orang tua mempercayakan pendidikan anak-anak di pesantren, maka mereka berada dalam jaminan Allah. Pasalnya, anak-anak yang sedang belajar di pesantren, termasuk kategori jihad fi sabilillah.
“Mereka yang menuntut ilmu termasuk kategori jihad fi sabilillah sampai selesai (kembali). Kalaupun di tengah itu mati, matinya pun syahid,” kata salah seorang ajengan di Pondok Pesantren Al-Masthuriyah Kabupaten Sukabumi ini, Jumat (30/7).
Kedua, lanjut ajengan yang akrab disapa Kang Bakan ini, para malaikat mengepakkan sayapnya untuk membantu orang yang belajar di pesantren. Malaikat punya cara tersendiri menolong manusia. Kemenangan Quraisy dari serangan Raja Abrahah adalah atas bantuan malaikat.
Ketiga, anak-anak yang belajar di pesantren termasuk dalam upaya menghidupkan agama dan ilmu agama.
“Al-Qur’an berharap agar tidak semua orang berjihad mengurusi politik, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Harus ada yang ngurusin agama. Yang mondok itulah (sepertinya) yang dimaksud,” katanya.
Keempat, lanjutnya, anak-anak yang belajar agama, jadi pemimpin agama, dan jadi imam. Jamaah beribu pun, imamnya tetap satu.
Kelima, di pondok pesantren juga ada BOS (Bantuan Operasional Sepantren), walau tidak diperhitungkan sebagai income, setidaknya diperhatikan juga sama pemerintah.
“Keenam, soal profesi setelah anak-anak belajar di pesantren bagaimana? Para agamawan dan ahli agama sampai mati tidak akan kekurangan job. Insyaallah, agama tidak akan punah. Begitu jaminan Allah,” tegasnya.
Ketujuh, sudahlah, tawakkal kepada Allah. Jangan terlalu khawatir. Justru biasanya yang khawatir adalah para orang tua, bukan anak kita.
“Anak kita kan "anak Allah", dititipkan kepada kita, ya sudah, titipkan kembali kepada Penitipnya,” tegasnya. “Selamat datang (kembali) para santri di pesantren. Allah, Malaikat, para guru, dan orangtua ada bersamamu, melindungi kamu semua, dengan caranya.”
Pewarta: Abdullah Alawi