Model MANIS, Jawaban atas Tantangan Pendidikan Karakter Masa Kini
Senin, 30 Juni 2025 | 09:06 WIB

Institut Pesantren Babakan (IPEBA) Cirebon menggelar acara Bedah Buku "Pengembangan Karakter melalui Model Manajemen MANIS" karya Dr. Akhmad Aflaha pada Sabtu (28/6) di Aula IPEBA Cirebon. (Foto: NU Online Jabar)
Cirebon, NU Online Jabar
Institut Pesantren Babakan (IPEBA) Cirebon menggelar acara Bedah Buku "Pengembangan Karakter melalui Model Manajemen MANIS" karya Dr. Akhmad Aflaha pada Sabtu (28/6) di Aula IPEBA Cirebon. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam menggugah kembali semangat pendidikan karakter di tengah tantangan zaman modern.
Buku ini mengusung konsep manajemen karakter berbasis lima pilar utama: Mandiri, Aktif, Normatif, Inovatif, dan Santun (MANIS). Aflaha, sebagai penulis dan akademisi yang aktif dalam pengembangan karakter, menyebut bahwa karakter tidak hanya dibentuk oleh sistem pendidikan formal, melainkan juga melalui manajemen diri yang konsisten dan bernilai.
"Model MANIS bukan hanya konsep, tetapi gerakan. Ini adalah langkah konkret untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak dan berdaya saing," ujar Aflaha dalam sesi pemaparan.
Acara dibuka oleh Rektor IPEBA, Mohamad Hisyam Yahya yang menyampaikan apresiasi kepada penulis atas kontribusinya dalam pengembangan literasi karakter. Ia menyebut kegiatan ini bukan yang pertama kali diselenggarakan, dan menjadi bagian dari komitmen IPEBA terhadap pembangunan karakter generasi muda.
Kegiatan ini dihadiri oleh beragam kalangan, mulai dari tenaga pendidik, mahasiswa, santri, hingga tokoh masyarakat. Selain sesi diskusi, turut dilaksanakan peluncuran versi cetak buku serta pembagian modul pelatihan karakter berbasis MANIS.
Tiga tokoh turut hadir sebagai pembedah buku: Dr. Masduki Duryat (Rektor Institut Al-Amin Indramayu), H. Adlan Daie (Analis Sosial dan Keagamaan), Dr. (Can) H. Dasuki (Ketua Pergunu Kabupaten Cirebon). Sementara itu, moderator diskusi adalah Tiya Imtiyazunnisa, yang memandu jalannya acara secara efektif dan komunikatif.
Masduki Duryat menekankan pentingnya membangun karakter sebagai tanggung jawab kolektif bangsa, bukan semata domain lembaga pendidikan. Ia juga mengutip pemikiran Prof. Hasan Hanafi yang menafsirkan “Iqra” sebagai ajakan berpikir kritis dan mendalam.
Sementara itu, Adlan Daie menyebut kegiatan ini sebagai bentuk perlawanan terhadap degradasi budaya berpikir akibat banjir informasi instan. Menurutnya, bedah buku ini menjadi simbol keberanian menumbuhkan kembali semangat critical literacy dalam dunia pendidikan.
Sebagai pembedah terakhir, Dasuki menyampaikan apresiasinya kepada penulis. Ia mengenal penulis sebagai pribadi yang agresif dan peduli terhadap isu sosial. Ia berharap karya ini dapat menjadi inspirasi bagi kalangan mahasiswa dan akademisi lainnya.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian literasi pendidikan yang diinisiasi IPEBA dengan dukungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Buku ini juga memuat muatan literasi keuangan OJK dan Bank Indonesia, sebagai upaya meningkatkan kesadaran finansial generasi muda.
Adapun tujuan kegiatan tersebut antara lain; Menguatkan pemahaman tentang pentingnya pengembangan karakter generasi muda melalui model MANIS, Mendorong kesadaran literasi keuangan, Membentuk karakter yang positif, produktif, dan kompetitif.
Melalui kegiatan ini, diharapkan lahir generasi muda yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga tangguh secara moral dan sosial.