Hikmah

Mas Bisri, Sang Ugahari, Sebuah Kenangan

Senin, 11 Oktober 2021 | 09:00 WIB

Mas Bisri, Sang Ugahari, Sebuah Kenangan

Almarhum Bisri Effendy (Foto: Istimewa)

Oleh:  KH Husein Muhammad
Mas Bisri, begitu saya memanggilnya. Saat saya dikabari kepulangan beliau, 17 agustus 2020, tiba-tiba saya merasa ada yang hilang dari hati saya. Ya saya kehilangan teman baik yang mengesankan. Entah berapa lama saya tidak mendengar kabar aktifitasnya. Bibir saya reflektif mengucapkan kalimat Tarji', Inna Lillah wa Inna ilaihi Raji'un. Kita ini milik Allah. Dan kepada-Nya kita pulang, kembali kepada-Nya. Semoga Allah mengampuni dan merahmatinya serta menyiapkan surga sebagai tempat tnggal abadinya. Betapa singkatnya hari- hari bersamanya. Innama Anta Ayyam. 

Segera sesudah itu sambil tertegun dalam diam yang sepi, pikiran saya melayang-layang ke suatu zaman yang pergi, saat pertama kali bertemu mas Bisri di suatu tempat dalam sebuah pertemuan budaya. Saya sudah lupa tahun dan tempatnya. Tetapi pertemuan itu  mengesankan. Ada banyak teman saat itu. Beberapa yang masih aku ingat adalah Ahmad Baso, Ahmad Suaedi, Abdul Mun'im DZ, Nur Khoiron, Miftahussurur, Alamsyah, dan lain-lain. 

"Saya Bisri, Kang Husein," katanya memperkenalkan diri, sambil tersenyum manis.

Begitu teman-teman memanggilku, mengingatkan saya saat di pesantren. Semua teman di pesantren, besar kecil dipanggil "kang". Wajah itu begitu mengesankan. Dahinya lebar tanpa rambut di depannya.

"Ini kayak profesor," bisik hatiku.

Ia tampil seperti orang biasa, lugu dan bersahaja, ugahari. Pakaiannya juga bersahaja, kalau tidak pantas disebut, berbahan murah. Ia selalu mengenakan baju lengan pendek. Lalu kami bicara dan ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul; sambil bercandaria seperti sudah lama bersahabat saja. "Ngobrol" dengan beliau menyenangkan. Meski isu yang dibicarakan menggelisahkan, tetapi diekspresikan dengan santai dan melucu.
 
Dari pertemuan itu aku mendengar dan mengetahui pandangan-pandangannya yang cerdas dan mendalam tentang realitas kebudayaan dan tradisi di Indonesia yang begitu kaya, beragam dan indah berikut problematikanya sendiri. Nah, dari situ pula saya memeroleh pengetahuan tentang apa yang disebutnya sebagai Multikulturalisme. Sebuah terma yang sudah aku dengar tetapi belum mengerti betapa pentingnya pengetahuan mengenainya.

Pemahaman atas tema ini mengantarkan kita pada keharusan bagi setiap orang di bumi ini untuk hidup bersama dalam relasi saling menghormati dan menghargai apapun latarbelakang agama, jenis kelamin, bahasa, adat istiadat dan lain-lain. (Bersambung).

Sumber: FB Husein Muhammad