LPBINU Jabar Hadir dalam Edukasi Konservasi Alam untuk Pelajar SLTA di Garut
Rabu, 13 November 2024 | 08:34 WIB

Dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat berpartisipasi aktif dalam acara “Pelajar Peduli Lingkungan,” yang diadakan pada Ahad (10/11/2024).
Garut, NU Online Jabar
Dalam rangka memperingati Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2024, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) Jawa Barat berpartisipasi aktif dalam acara “Pelajar Peduli Lingkungan,” yang diadakan pada Ahad (10/11/2024). Kegiatan ini digelar di Kabupaten Garut dengan tujuan utama memberikan edukasi konservasi alam kepada pelajar tingkat SLTA.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini adalah Ketua LPBINU Jawa Barat, Dadang Sudarja, yang akrab disapa Wa Dadang, serta Sekretaris LPBI NU Jawa Barat, Muhamad Hiqal Fahrurrozi (Kang Hiqal).
Kegiatan ini diinisiasi oleh Yayasan Citra Bina Bangsa Indonesia bekerja sama dengan JAGAWANA-JAGABUANA dan melibatkan 50 siswa SMA/SMK kelas X dan XI dari lima sekolah unggulan di Kabupaten Garut, yaitu SMA Negeri X Garut, SMA Negeri 16, SMKN 1 Garut, SMKN 9, dan SMKN 4.
Para peserta acara ini selain mendapatkan ilmu dan jaringan, juga memperoleh Kartu Tanda Anggota Konservasi serta diangkat sebagai Duta Konservasi Pepeling 2024 di sekolah masing-masing.
Mereka diharapkan aktif melakukan kampanye “PEPELING” atau Pelajar Peduli Lingkungan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan aksi nyata terkait konservasi lingkungan.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Uun Frinawaty, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk:
1. Membangun kesadaran tentang isu lingkungan;
2. Membekali keterampilan untuk tindakan berkelanjutan;
3. Menginspirasi kepemimpinan lingkungan;
4. Mengurangi dampak negatif terhadap kesehatan; dan
5. Membentuk sikap positif terhadap keberagaman hayati.
Dalam paparannya, Dadang Sudardja menyampaikan informasi mengenai dampak perubahan iklim yang semakin nyata dan pengaruhnya pada sektor pendidikan. Dengan metode yang interaktif dan partisipatif, ia membahas data perubahan iklim, dampak yang sudah terjadi, serta langkah-langkah adaptasi dan mitigasi yang bisa dilakukan di lingkungan pendidikan.
Ia juga mengajak para pelajar untuk berperan aktif sebagai bagian dari “Generasi Iklim” dalam menghadapi perubahan iklim.
Sementara itu, Hiqal turut mendampingi proses diskusi interaktif dengan mengajak pelajar berbagi pengalaman tentang perubahan iklim yang mereka rasakan serta langkah-langkah yang sudah atau akan mereka lakukan di sekolah maupun lingkungan sehari-hari.
Dari proses ini, muncul berbagai ide dan informasi penting terkait upaya mitigasi dan adaptasi yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah.
Mengakhiri sesi, Dadang menyampaikan harapannya, “Kegiatan ini penting dan harus mendapat dukungan untuk dikembangkan lebih masif lagi, sebagai ruang bagi generasi muda, khususnya pelajar, untuk mengimplementasikan apa yang dipelajari di sekolah serta menjadi ajang berbagi pengalaman dan ide. Ini adalah ruang kreatif yang dapat melahirkan generasi kritis dan inovatif,” pungkasnya.