• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Kuluwung

Cemara Laut dan Camar Biru

Cemara Laut dan Camar Biru
Cemara Laut dan Camar Biru (Ilustrasi/Nasihin)
Cemara Laut dan Camar Biru (Ilustrasi/Nasihin)

Oleh Nasihin

Entah, jika rindu itu tak berwarna biru, aku tak akan menulis kisah ini. Bukan karna laut dan langit mengingatkanku tentang mu.
Seperti ujung kerudungmu jatuh di antara pasir dan rindu.

 

Biru, seperti sajak-sajakmu, aku berlayar di lautan antara sampan dan geladak. Mengarungi deretan pesisir selat kehidupan. Terkadang seperti pasang dan surutnya waktu.
Kau bertanya tentang ejaan huruf-huruf yang menjadi kata, dirangkai menjadi kalimat dan paragraf yang menjadi bisu.

 

Pulau penantian, kau berkata "Wahai ombak yang mengantar camar ke tepian pena, mengapa sajak-sajakku tak indah seperti dulu?", tak ada jawaban, kecuali ombak yang tak pernah berbicara, karena rindu tak berbatas waktu.

 

Dia, menulis paragraf terakhir ketika angin menuju timur. Laut pasang, warna biru langit memudar dan berganti. Entah perasaan seperti apa yang dia kenang, tak pernah terjawab dan tak perlu jawaban.

 

Catatan itu kau titipkan pada laut dan angin. Ada rasa yang tak tersampaikan saat berpisah, seperti rindu di ujung perahu. Sunyi...

 

Dia bernama kerinduan, menulis nama dan kisah hidupnya seperti tepian roman, roman yang tak berbingkai, tanpa motif bunga dan hiasan. Jika bukan karna itu, aku tak akan membaca sajak-sajak tentangmu. Seperti wajahmu yang merona di kala warna tak lagi biru.

 

Penulis adalah Pengurus Lesbumi Kabupaten Bandung dan Penikmat Sastra


Kuluwung Terbaru