• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Keislaman

Pembaharuan Pemikiran Tentang Mempelajari Ruh

Pembaharuan Pemikiran Tentang Mempelajari Ruh
(Ilustrasi: NU Online Jabar/M. Rizqy F).
(Ilustrasi: NU Online Jabar/M. Rizqy F).

Berawal dari QS Al-Isra ayat 85:


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً


"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah wahai Muhammad bahwa ruh itu urusan Tuhanku, dan tidaklah kuberikan ilmu kepada kalian kecuali sedikit,".


Ayat ini yang sesungguhnya memiliki satu substansi, namun sering dipenggal oleh sebagian orang sehingga menjadi dua substansi. Sepenggal ayat yaitu:


وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي


"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah wahai Muhammad bahwa ruh itu urusan Tuhanku."


Penggalan ayat di atas sering dijadikan dalil bahwa ruh jangan dipelajari.


Sedangkan penggalan ayat yang lainnya yaitu:


وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلا


"Dan tidaklah kuberikan ilmu kepada kalian kecuali sedikit."


Penggalan ayat ini sering dijadikan dalil untuk menutupi kekurangan pengetahuan. Dampaknya sangat signifikan terhadap kemunduran umat islam, diantaranya;


1. Umat Islam; jangankan mengolah ruh, mempelajarinya saja tidak berani. Padahal menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya-u 'Ulumiddin, ruh itu semakna dengan qalbu yaitu dimensi ketuhanan dalam diri manusia, merupakan pusat kontrol manusia itu sendiri. Apabila ruhnya baik maka baik pula tingkah lakunya, dan apabila ruhnya rusak, maka rusak pula tingkah lakunya. Contoh:


"Subuh banyakan yang sholat di rumah atau di masjid?". jawabannya "Di rumah !"


"Yang sakit badannya apa ruhnya?" . "Ruhnya !"


Orang yang malas, baik malas dalam beribadah ataupun bekerja, yang sakit itu bukan badannya tapi ruhnya sedangkan doktrin yang berlaku adalah ruh jangan dipelajari.


2. Umat islam banyak yang merasa cukup dengan ilmu yang sudah dimiliki, tidak mau meningkatkan pengetahuan dan kemampuan. Bahkan ada yang sampai putus asa karena dicekoki ayat wamaa uutiitum minal ilmi illa qolilla, dengan pemahaman bahwa "Manusia itu ilmunya sedikit".


Padahal kalau dikaji menggunakan ilmu nahwu dan balaghoh yang benar, ayat tersebut tidaklah bermaksud seperti yang disebutkan di atas.


Berikut terjemahan Pangersa Uwa (KH Zezen ZA Bazul Asyhab) terhadap ayat tersebut:


"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhanku. Dan Benar-benar telah kuberikan ilmu tentang ruh kepada kalian semua dalam kadar sedikit,".


Mengapa beliau menterjemahkannya seperti demikian? Berikut adalah uraiannya :


1 - وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيل


Antara penggalan ayat pertama dan penggalan kedua dihubungkan dengan "wau" ( و) yang menurut ilmu nahwu merupakan haraf athaf bermakna muthlaqul jam'i artinya kedua penggalan ayat tersebut memiliki kesatuan substansi. Jangan ada pemisahan substansi.


2. وَمَا أُوتِيتُم مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً


"Huruf Maa" (ما) yang ada pada kalam diatas adalah maa nafi, yang kemudian diikuti oleh istisna (lafadz illa), dalam ilmu balaghah susunan seperti itu disebut qoshor/takhshis (membatasi/ mengkhususkan). Dalam Jauhar Al-Maknun Syekh Abdurrohman Al-Akhdhori menyebutkan :


وادوات القصر الا انما # عطف وتقديم كما تقدما


Karena susunan ayat tadi termasuk qoshor/takhsis, maka pangersa uwa menterjemahkannya dengan "dan benar-benar telah kuberikan,".


3. مِّن الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيلاً


Kemudian lafadz "ilmu" pada ayat diatas menggunakan alif lam. Dalam Qowaidul I'rob alif lam fungsinya banyak, diantaranya lil 'ahdidzdzihni, artinya menyimpan makna mengenai suatu hal yang sudah diketahui pendengar/pembaca. Oleh karena itu ilmu yang dimaksud pada ayat tersebut adalah ilmu tentang ruh, karena sebelumnya membicarakan tentang ruh.


Berdasarkan penelaahan di atas, maka lahirlah terjemah surat Al-Isra ayat 85 menjadi:


"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhanku dan benar-benar telah kuberikan ilmu tentang ruh kepada kalian semua dalam kadar sedikit,".


Apabila terjemahannya demikian, maka informasi yang kita terima pun berubah. Bukan kita 'tidak boleh' mempelajari ruh, tapi justru 'harus'. Disebutkan ilmu tentang ruh yang Allah berikan sedikit, itu menurut ukuran Allah. Sedikit menurut Allah adalah maha banyak dalam ukuran manusia.


Ibaratnya kita memancing di kolam lalu dapat ikan mas sebesar paha orang dewasa, tentu kita mengatakan itu ikan yang sangat besar. Namun kalau kita mancing ikan di lautan, tentulah ikan sebesar paha itu jadi kecil. Karena di lautan yang luas, kita bisa menemukan ikan yang lebih besar seperti hiu dan paus.


Oleh karena memahami tentang ruh ini sangat penting, pantaslah Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jailany QS yang seorang ahli ilmu, hafidzul Quran, beliau hafal al-Qur'an pada usia 10 tahun. Selama hidupnya beliau menyusun puluhan kitab, di bidang tasawuf, fiqih, tauhid, tafsir dan lain-lain, dalam kitabnya Sirrul Asror, sebelum membahas yang lain beliau mendahulukan membahas ruh. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa ruh ada 4 lapis, yang dituangkan dalam sebuah nadzom/sya'ir sederhana oleh Pangersa Uwa:


Alam mulki, malakut, jabarut, lahut
Jasad, qolbu, fuad, sirri olah tungtut
Ruh jismani, nuroni, sulthoni, qudsi
Urang terus berjuang nembuskeun diri


(Alam mulki, malakut, jabarut, lahut
Jasad, qolbu, fuad, sirri olah runtut
Ruh jismani, nuroni, sulthoni, qudsi
Kita terus berjuang tembuskan diri)


(Tulisan ini dirangkum dari uraian Almaghfurlah Pangersa Uwa, KH Zezen ZA Bazul Asyhab, Pendiri Pondok Pesantren Azzainiyyah Sukabumi dan Gerakan IQOMAH Nusantara).


Ajengan Asep H Anwar, salah seorang dewan pengajar di Pondok Pesantren Azzainiyyah Kabupaten Sukabumi


Keislaman Terbaru