Catatan Perjalanan (12): Makkah dan Tantangan Jalan Terjal Berliku
Dalam Surah Al-Balad, surah ke 90 dalam al-Qur’an, Allah Swt bersumpah dengan al-Balad (Makkah). Penggunaan huruf qosam (sumpah) dalam al-Qur’an menurut para ulama Ahli Tafsir, antara lain dimaksudkan sebagai penekanan tentang pentingnya substansi kandungan ayat atau surat tertentu.
Pada ayat ke-11 surah Al-Balad, Allah Swt (seakan) “menantang” kita untuk memilih jalan terjal berliku, jalan mendaki dan sukar:
فَلَا ٱقْتَحَمَ ٱلْعَقَبَةَ
Ada mufassir yang memaknai ayat ini dengan: «فلا» فهلا «اقتحم العقبة» جاوزها. (Maka kenapa ia tidak) atau mengapa ia tidak (menempuh jalan yang sulit?). Apakah jalan mendaki, sukar, terjal dan berliku itu?
Pada Ayat 13-16 dijelaskan bahwa jalan mendaki, sukar, terjal dan berliku itu adalah (1) memerdekakan hamba sahaya—makna kekinian dapat ditafsirkan dengan membebaskan kesulitan orang lain (2) memberi makan (berbagi) dikala--kita sendiri sedang kekurangan (3) menyantuni anak yatim keluarga dekat, dan (4) menyantuni orang miskin (yang betul-betul miskin).
Ketika memilih jalan mendaki, sukar, terjal dan berliku tersebut (pasti) sangat berat, akan banyak kendala dan rintangan menghadang, maka, tugas orang beriman adalah "bergandengan tangan", saling menguatkan, saling menasihati dalam kesabaran dan kasih sayang:
ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْمَرْحَمَةِ
Wallahu’alam
Masjid Haram, menjelang Subuh
Rabi al-Tsany 7, 1445 H
Oktober 22, 2023
KH Tatang Astarudin, Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal Kota Bandung