• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Sumedang

Haul ke-36, Yayasan Asy-Syatibiiyah Luncurkan Buku Biografi KH Muhammad Syatibi

Haul ke-36, Yayasan Asy-Syatibiiyah Luncurkan Buku Biografi KH Muhammad Syatibi
Bupati Sumedang, Doni Ahmad Munir dan Penulis, Buku Iip D Yahya saat launching buku Guru Urang Sadayana, Biografi KH Muhammad Syatibi
Bupati Sumedang, Doni Ahmad Munir dan Penulis, Buku Iip D Yahya saat launching buku Guru Urang Sadayana, Biografi KH Muhammad Syatibi

Sumedang, NU Online Jabar
Keluarga besar yayasan Asy-Syatibiiyah menggelar haul ke-36 KH Muhammad Syatibi bin KH R Moh Jazuli di aula Gedung Negara Kabupaten Sumedang, Sabtu (22/7/23). Pada momen tersebut, juga sekaligus meluncurkan buku biografi KH Muhammad Syatibi yang bertajuk “Guru Urang Sadayana”. Penerbitan buku tersebut sebagai upaya meneladani sosok ulama yang akrab disebut Mama Syatibi oleh masyarakat umum dan Apa Syatibi oleh keluarganya itu dalam kiprahnya di Sumedang


“Hari ini alhamdulillah buku yang sejak lama dengan berbagai ikhtiar, berbagai perubahan, dengan berbagai episodenya, mencari referensinya, literaturnya yang lumayan tidak mudah, alhamdulillah sekarang ini terwujud,” kata Doni Ahmad Munir salah seorang cucu dari Mama Syatibi yang juga Bupati Kabupaten Sumedang


“Diluncrukannya buku biografi Apa Syatibi pada haulnya yang ke 36 ini tidak lain untuk menjadi ibroh bagi kita semua, menjadi pelajaran bagi kita semua dan untuk mengingat kembali tapak lacak perjuangan Apa Syatibi, dan kita penerusnya bisa terus melanjutkannya, mempertahankannya bahkan meningkatkannya, sehingga apa yang menjadi misi cita-cita perjuangannya ada terus yang melanjutkan, dan mudah-mudahan bisa tercapai,” ujarnya Kang Doni sapaan akrabnya


Kang Doni berharap, dengan adanya buku ini menjadi bukti pengakuan bahwa di Sumedang ada sosok ulama yang kiprahnya diakui oleh masyarakat


“Jadi menyegarkan kembali ingatan kita bahwa ada Apa Syatibi yang telah mendidik kita, memberikan contoh keteladanan yang harus kita lanjutkan, harus kita teruskan keteladanan dan contoh-contohnya, dan mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi kita, bisa menjadi sumber inspirasi dan motivasi, sehingga menjadi bahan pembelajaran untuk anak cucu kita atau generasi penerus ke depannya,” tuturnya


Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ketua Yayasan Asy-Syatibiiyah, H Asep Moh Yusuf Tholhah, dalam sambutannya mengatakan buku tersebut berisi perjalanan Mama Syatibi dalam kiprahnya di Sumedang untuk jadikan motivasi dan teladan


“Agar catatan perjalanan beliau itu, dari mulai lahir, remaja sampai beliau wafat, dari mencari ilmu sampai tabligh mengamalkan ilmunya ingin dijadikan catatan agar jadi pelajaran,” kata salah seorang dzuriahnya itu


Buku yang memuat kisah perjalanan dakwah dan kiprah KH Muhammad Syatibi di kabupaten Sumedang ini ditulis oleh Iip D Yahya dan M Baedarus. Iip menulis Mama Syatibi dari kacamata orang luar, dan Baedarus sebagai cucu tertua, menampilkan sosok Apa Syatibi dari pandangan keluarga. Iip berharap, buku tersebut menjadi buku yang tumbuh, setiap digelarnya haul Mama Syatibi buku tersebut dapat terus dikembangkan isinya dengan penelusuran yang mendalam oleh cucu-cicitnya


“Saya berharap buku ini menjadi buku tumbuh, nanti mungkin cucu-cicit Kiai Syatibi lain yang belum sempat menulis pada edisi pertama ini, bisa menuliskan pengalamannya bersama, juga para santri Kiai Syatibi yang masih rutin mengikuti pengajian setiap hari Selasa, bisa menuliskan pengalamannya sehingga setiap haul, akan terbit ulang dan semakin tebal,” pungkas pria yang juga sebagai Direktur Media Center PWNU Jabar itu.


Mama Syatibi ini adalah sosok ulama yang mendalam ilmunya serta sederhana dalam hidupnya. Kiprahnya di Sumedang diakui oleh masyarakat sebagai sosok ulama gurunya orang sumedang, juga salah seorang tokoh Nahdlatul Ulama di Jawa Barat.


Dijuluki sebagai gurunya orang Sumedang, sosok yang lahir pada 1901 ini mengabdikan hidupnya untuk mengajar ngaji masyarakat hingga wafat pada 1987. Pengabdiannya tersebut dilakukan sejak 1925, saat ia diberi tugas oleh gurunya KH R Ahmad Dimyati, Pengasuh Pesantren Sukamiskin Bandung, atas permintaan Dalem Bintang atau pangeran Adipati Arya Kusumadilaga, Bupati Sumedang pada masanya. Ia mengajar ngaji keluarga bupati dan berkeliling ke seluruh wilayah Sumedang tanpa henti. Jejaknya di berbagai pelosok Sumedang, masih bisa ditemui hingga hari ini.


Pewarta Abdul Manap
 


Sumedang Terbaru