• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 8 Mei 2024

Nasional

Gus Yahya Ungkap Tabaruk Al-Qur'an adalah Tradisi yang Hanya Ada di Indonesia

Gus Yahya Ungkap Tabaruk Al-Qur'an adalah Tradisi yang Hanya Ada di Indonesia
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) (Foto: NU Online)
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) (Foto: NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengungkapkan bahwa di Indonesia sudah menjadi tradisi adanya membaca Al-Qur'an untuk mengawali sebuah acara. 


Pria yang akrab disapa Gus Yahya itu mengaku sudah sangat sering mengikuti berbagai kegiatan Islam di kancah internasional, terutama di Timur Tengah. Tetapi di belahan dunia yang pernah dikunjunginya itu tak pernah ada acara yang diawali dengan tilawatil Qur'an. 

 
"Tradisi itu sudah sangat mengakar di Nusantara. Di sini mau apa saja pasti tIlawatil Qur'an dulu. Mau diskusi, seminar, selamatan bayi, memberangkatkan mayit, mau ijab kabul, semua tabaruk dengan Al-Qur'an. Itu hanya di sini. Di tempat lain, saya nggak pernah lihat," jelas Gus Yahya saat sambutan membuka acara Rakernas PP Jam’iyatul Qurra’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) di Hotel Sahid Jakarta, pada Jumat (28/7/2023).


Bahkan menurut Gus Yahya, di Indonesia ayat-ayat Al-Qur'an dibaca dan diharapkan dapat menjadi washilah untuk menyelesaikan berbagai macam urusan, dan Ini yang menjadikan JQHNU sangat dibutuhkan eksistensinya. 


"Satu hal yang jelas bahwa jamiyah ini (JQHNU) dibutuhkan. Terutama karena sudah menjadi tradisi yang mengakar di masyarakat untuk bertabaruk (mengambil barokah) kepada Al-Qur'an. Dalam berbagai macam urusan, tidak lepas tabaruk kepada Al-Qur'an," kata Gus Yahya.


Tradisi tersebut sudah sangat mendalam dan mengakar di negeri ini, termasuk khatmil Qur'an atau mengkhatamkan pembacaan Al-Qur'an. 

 
"Tabaruk dengan khatmul Qur'an itu juga saya kira hanya di Nusantara. Kita punya tradisi kuat sekali. Dalam segala hajat masyarakat harus selalu diperlukan selamatan dan itu bertabaruk dengan khatmul Qur'an," tuturnya.

 
Karena tradisi yang sangat kuat itulah, di tengah-tengah masyarakat Indonesia ada sekelompok orang yang profesional di bidang membaca Al-Qur'an.

 
"Kurang lebih profesional di dalam soal sebagai qari di berbagai acara maupun sebagai penghafal yang mengkhatamkan Qur'an. Kelompok profesional ini ada di dalam JQHNU ini," katanya.


Dalam kesempatan tersebut Gus Yahya juga menyampaikan sejumlah arahan untuk organisasi tempat berkumpulnya para pembaca dan penghafal Al-Qur'an ini.


 Eksistensi JQHNU

 Gus Yahya pun bersyukur, JQHNU meskipun mengalami pasang-surut keadaan, tetapi masih bisa eksis sampai saat ini sejak didirikannya pada 1951. Salah satu modal JQHNU bisa eksis sampai sekarang adalah barokah Al-Qur'an yang sulit dilogikakan.

 
"Banyak organidasi didirikan tapi umurnya tidak lama, kemudian hilang, tapi JQH ini walaupun ada pasang surut tapi bisa eksis sampai sekarang," kata Gus Yahya. 

 
Kalau dilihat dari susunan kepengurusan JQH pada awal didirikan, terdapat tokoh gabungan lintas-organisasi yakni Masyumi dan NU. Karena itu, di awal-awal berdiri, kepengurusan JQH diisi oleh tokoh sekaliber Mohammad Natsir dan Buya Hamka.

 
"Tetapi sekarang terbukti, yang tetap istiqamah berdedikasi adalah kader-kader NU, yang lain sudah hilang," pungkas Gus Yahya. 

 
Sebagai informasi, Rakernas ini dihadiri oleh para ketua PW JQHNU se-Indonesia; 40 mahasiswa dari Madura, Jawa, DKI Jakarta sebagai calon pengurus komisariat JQHNU di perguruan tinggi.
 


Nasional Terbaru