Nasional

Buka Rakernas V, Gus Yahya Dorong Lesbumi Ikut Warnai Peradaban Dunia Lewat Narasi Kebudayaan

Jumat, 2 Desember 2022 | 15:00 WIB

Buka Rakernas V, Gus Yahya Dorong Lesbumi Ikut Warnai Peradaban Dunia Lewat Narasi Kebudayaan

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf saat sambutan membuka acara Rakernas Lesbumi

Bandung, NU Online Jabar
Lembaga Seniman dan Budayawan Muslim Nahdlatul Ulama (Lesbumi-NU) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-V dan Temu Nasional 2022 dengan tema “Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan” yang diselenggarakan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat-Sabtu, 2-3 Desember 2022. 


Rakernas tersebut dibuka secara langsung oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, dalam sambutannya ia mendorong Lesbumi untuk membangun narasi kebudayaan bentuk konstruksi peradaban dari masyarakat, ikut menentukan warna peradaban dunia.


“Narasi ini penting sekali dan sekarang udah saatnya membangun narasi sesuai kepentingan kita, Indonesia ini butuh apa, butuh menjadi Indonesia yang seperti apa, Indonesia yang bangkit, Indonesia yang berperan besar di tengah dunia, Indonesia yang menjadi lokomotif peradaban misalnya. Kita harus bangun narasi tentang hak kita atas peran-peran itu, kita bangun narasi sedemikian rupa sehingga secara kolektif bangsa Indonesia ini yakin bahwa kita berhak ikut menentukan warna peradaban dunia,” ujarnya.


“Masa kini dan masa depan memerlukan narasi kenapa jalan ini yang harus kita tempuh, kita butuh untuk membangun narasi seperti yang dikembangkan oleh leluhur kita, kalau kita lihat di Jawa dikembangkan wayang yang isinya adalah narasi, narasi tentang darimana kita berasal dan menuju kemana, ini semua narasi inilah yang kemudian membentuk konstruksi peradaban dari masyarakat,” imbuhnya.


Narasi-narasi yang dahulu dibentuk oleh para pendahulu lanjutnya perlu dibangkitkan dan perlu dilestarikan bagaimana seni budaya ini harus di kembangan di lingkungan Nahdlatul Ulama umumnya di Indonesia


“Dulu orang membuat wayang, lenong, membuat kreasi dengan seni-seni ini dengan kesadaran membangun narasi, mari kita bangkitkan lagi kesadaran ini, dan berpikir tentang narasi sebagai strategi sumbangsih peradaban,” jelasnya.


“Warisan budaya rakyat, cerita rakyat yang menjadi narasi dari masyarakatnya masing-masing, dongeng-dongeng ini semua narasi yang memberikan kesadaran kepada masyarakat, dan kesadaran itu kemudian terbentuk secara kolektif sehingga yakin kita bisa membentuk konstruksi warna peradaban dunia,” sambungnya.


Narasi-narasi yang melemahkan kata Gus Yahya harus diredam dengan narasi-narasi positif salah satunya dengan kebudayaan yang dimiliki


“Jangan biarkan narasi yang melemahkan diri tentang bangsa Indonesia yang tertinggal dari bangsa-bangsa lain, kurang pintar dari bangsa-bangsa lain, narasi negatif ini harus kita blokir, kembangkan narasi alternatif yang bisa membangkitkan kesadaran, salah satunya kebudayaan,” pungkasnya.


Pewarta: Abdul Manap