• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Kota Cirebon

Peringati Hari Santri Nasional, Lakpesdam NU Kota Cirebon Gelar Kongko Nahdliyah

Peringati Hari Santri Nasional, Lakpesdam NU Kota Cirebon Gelar Kongko Nahdliyah
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2023, Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Cirebon menggelar serial Kongko Nahdliyah, Kamis (12/10/2023) di Pondok Pesantren Al-Fatih. (Foto: NU Online Jabar/Iqna Syam)
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2023, Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Cirebon menggelar serial Kongko Nahdliyah, Kamis (12/10/2023) di Pondok Pesantren Al-Fatih. (Foto: NU Online Jabar/Iqna Syam)

Cirebon, NU Online Jabar
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional tahun 2023, Lembaga Kajian dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Cirebon menggelar serial Kongko Nahdliyyah, Kamis (12/10/2023) di Pondok Pesantren Al-Fatih.


Dalam edisi perdana tajuk yang dibincang adalah Pendekatan Ma’na cum Magza dalam Penafsiran Al-Qur’an di Era Transformasi Teknologi. Bertindak sebagai narasumber Prof. Dr. phil. K. Sahiron yakni  penggagas teori tersebut. 


Dalam kongko edisi ini Sahiron menyampaikan bahwa jika ada ustaz dalam platform digital menyampaikan agama dan mengutip Al-Qur’an dengan penuh hujatan dan kemarahan, dapat dipastikan bukan dari Al-Qur’an. Menurutnya salah satu paradigma universal dari Al-Qur’an adalah cinta dan kasih sayang.


Pendekatan ma’na cum magza bagi Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah Yogyakarta ini meniscayakan pemanfaatan keilmuan pesantren dalam implementasinya. Sebab menurutnya, ada tiga elemen penting yang harus diperhatikan bagi seseorang yang memahami Al-Qur’an. 


“Pertama, elemen al-ma’na at-tarikhi. Dalam konteks ini seorang penafsir harus menyelami dunia pemaknaan di masa generasi awal Islam. Proses penggalian ini melibatkan pendekatan sejarah, linguistik, dan keilmuan lain yang umum dikaji di dunia pesantren,” ujarnya.


Kedua, elemen al-maghza at-tarikhi. Kita, tutur Presiden Asosiasi Ilmu Alquran dan Tafsir (AIAT) se-Indonesia, harus memahami signifikansi diturunkannya suatu ayat pada generasi awal Islam. Elaborasi ini bukan hanya dilakukan melalui sabab nuzul, karena menurutnya itu terlalu sempit. Diperlukan data-data historis lain yang menyokong akurasi konteks signifikansinya.


Ketiga, elemen al-magza al-mutaharrik. Penelusuran signifikansi dalam lini masa historis yang bersifat dinamis sangat penting untuk dilakukan. Bagaimana para penafsir memiliki konteks sosial-historis dalam menafsirkannya, dan bagaimana suatu ayat dikontekstualisasikan di era sekarang merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dalam proses memahami Al-Qur’an. 


“Demikian pula konteks kehidupan di era transformasi teknologi saat ini. Menurutnya, kita tidak serta merta menyamakan konteks antara 14 abad yang lalu dengan kondisi saat ini. Penggalian elemen ini adalah tugas kita semua,” tutup Guru Besar UIN Sunan Kalijaga.


Dalam sambutannya, Ketua Lakpesdam NU Kota Cirebon Mohamad Yahya menyampaikan, kegiatan Kongko Nahdliyyah ini akan digelar secara berseri dengan topik dan pemateri yang berbeda-beda. Tujuan digagasnya kegiatan ini, lanjut Yahya, sebagai upaya mengembalikan status Kota Cirebon sebagai pusat peradaban. 


Menurutnya, Cirebon tidak dapat disebut kota wali jika bincang-bincang keilmuan tidak sering digelar. Di samping itu, kader nahdliyin tidak paripurna jika tidak mapan dalam penguasaan wacana keilmuan.


Pewarta: Iqna Syam


Kota Cirebon Terbaru