Khutbah Jumat Singkat: Merenungi Pergeseran Nilai dalam Mengarungi Kehidupan Modern
Kamis, 17 Oktober 2024 | 09:22 WIB
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سٰفِلِيْنَ. اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Mengawali ibadah shalat Jumat kali ini, mari kita sama-sama memanjatkan puji serta rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dalam kehidupan kita. Sebagai umat islam, salah satu cara mewujudkan rasa syukur tersebut antara lain terus memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dengan selalu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya yakni bertakwa. Sebab, hanya dengan keimanan dan ketakwaanlah kita bisa mencapai jalur kebenaran sehingga sampai tujuan dengan selamat.
Terlebih di era perkembangan zaman yang modern dan sangat cepat saat ini, berbagai hambatan dan gangguan sering muncul dalam kehidupan dan mampu menimbulkan hal-hal yang tidak kita inginkan. Dengan takwa sebagai bekal perjalanan, maka Insyaallah kita akan senantiasa dalam lindungan Allah swt.
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 197:
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Di satu sisi, perubahan zaman yang begitu pesat mempermudah kehidupan manusia imbas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi di sisi lain, dampak negatif sudah mulai dirasakan dan perlu kita renungi serta dicarikan solusi agar tidak menjadikannya kebiasaan buruk dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.
Setidaknya, ada sejumlah perubahan nilai di tengah-tengah masyarakat modern yang patut kita renungi bersama.
Pertama, gelar dan ijazah semakin tinggi namun tak menggambarkan kualitas diri. Mulai terlihat orang-orang yang mementingkan gelar dan ijazah dari ilmu yang bermanfaat dan keberkahan. Dalam tataran praktiknya, ilmu yang dipelajari tidak berbanding lurus dengan kompetensi, kualitas, dan prilaku hidup sehari-hari. Padahal sejatinya, sekolah, kuliah, dan berbagai cara mencari ilmu adalah pekerjaan yang luhur jika orientasinya bukan untuk kepentingan duniawi semata.
Kedua, alat kesehatan semakin canggih tapi penyakit semakin bermacam-macam. Kesehatan serta kekuatan tubuh manusia saat ini semakin rendah. Saat ini dengan mudah kita jumpai alat-alat canggih dalam bidang kesehatan namun kekuatan tubuh manusia semakin rentan terhadap penyakit. Jika orang tua kita dulu masih bisa ke kebun dan ke sawah di usia 80 tahunan, saat ini jarang ditemukan orang tua pada umuran tersebut melakukan aktivitas berat. Bisa jadi ini akibat pola pikir dan berbagai jenis makanan modern yang dikonsumsi saat ini.
Ketiga, sering pergi kemana-mana tapi tak kenal tetangga. Fakta sosial ini bisa kita temukan di masyarakat, khususnya di kawasan perkotaan. Bagaimana sikap individualis masyarakat modern saat ini muncul ditandai dengan menurunnya kepekaan sosial pada lingkungannya. Budaya gotong royong seperti kerja bakti, berkumpul dan bersosialisasi dengan lingkungan sudah mulai berkurang. Padahal jika terjadi sesuatu hal, maka tetanggalah yang menjadi orang terdekat yang dimintai bantuan. Semua patut menjadi renungan kita bersama.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Keempat, rata-rata penghasilan semakin tinggi tapi ketentraman hati dan jiwa semakin berkurang. Seiring perkembangan zaman, berbagai macam peluang pekerjaan bermunculan. Kondisi ini menjadikan masyarakat mudah memilih pekerjaan sesuai dengan keinginannya dan kecenderungan penghasilan masyarakat saat ini lebih tinggi dari sebelumnya. Namun jika tidak dilandasi dengan kepedulian sosial, rasa syukur dan senantiasa ingat kepada Allah, kegersangan hati akan muncul. Kondisi ini akan berdampak negatif bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Ar-Ra’du ayat 28:
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Kelima, semakin banyak teman di dunia maya tapi tidak punya sahabat di dunia nyata. Alangkah mudahnya saat ini berteman di media sosial. Cukup dengan ‘klik’ saja kita bisa mendapatkan banyak teman. Namun keasyikan bermedia sosial dengan teman banyak ternyata berpengaruh pada kurangnya bersosialisasi di dunia nyata sehingga masyarakat kini tidak memiliki sahabat banyak di dunia nyata. Ada istilah “Yang jauh didekatkan dan yang dekat dijauhkan” akibat asik bermedia sosial.
Kemudahan komunikasi juga menjadikan kita dengan mudah mengatur waktu untuk bertemu dengan orang lain. Namun saat bertemu, tidak jarang kita malah sibuk bermain HP sendiri dan tidak mempedulikan orang di sekitar kita. Dampak lain dari perkembangan di era saat ini adalah teknologi informasi semakin canggih namun fitnah dan hoaks juga semakin merajalela. Sehingga kita perlu hati-hati dan waspada saat menerima berita atau informasi apapun di media sosial. Kita harus melakukan tabayun, klarifikisasi, atau dengan seksama mengecek kebenaran dari informasi yang diterima.
Allah SWT telah mengingatkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Keenam, ilmu semakin tersebar tapi adab dan akhlak semakin pudar. Ada pergeseran nilai saat ini di mana ilmu tidak lagi meresap di dalam hati namun hanya sebatas diingat dalam otak. Sehingga dengan mudah kita bisa mendapatkan ilmu namun akhlak dan adab semakin pudar. Kejadian generasi muda yang kurang akhlaknya melakukan berbagai macam jenis tindakan tidak bermoral menjadi contoh rapuhnya pendidikan moral di era saat ini.
Fakta juga bisa ditemukan bagaimana saat ini kita bisa belajar ilmu apapun dengan mudah namun penghormatan kepada guru semakin berkurang. Guru sebagai penyambung ilmu dan nilai-nilai moral kurang dihargai dan sering menjadi kambing hitam dalam masalah pendidikan. Padahal guru menurut Rasulullah adalah posisi yang penuh dengan kebaikan dan Rasulullah juga merupakan seorang guru.
كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
Artinya: “Mereka semua berada dalam kebaikan. Kelompok pertama membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, jika Allah berkehendak Dia akan memberi (apa yang diminta) mereka. Sementara kelompok yang kedua belajar mengajar, dan sesungguhnya aku diutus untuk menjadi guru.” (HR Ibnu Majah).
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Itulah sejumlah renungan yang harus disadari oleh kita bersama dalam menghadapi perkembangan zaman agar tidak berubah menjadi tradisi negatif yang kemudian bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama di tengah-tengah masyarakat. Semoga Allah senantiasa menurunkan hidayahnya kepada kita sehingga kita senantiasa memiliki budaya, tradisi, dan peradaban yang mulia. Amin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Penulis: H Muhammad Faizin
Sumber: NU Online
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
2
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
3
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua