Khutbah KHUTBAH JUMAT

Khutbah Jumat: Istiqamah Menebar Manfaat Meski Ramadhan Telah Lewat

Kamis, 10 April 2025 | 07:00 WIB

Khutbah Jumat: Istiqamah Menebar Manfaat Meski Ramadhan Telah Lewat

Khutbah Jumat: Istiqamah Menebar Manfaat Meski Ramadhan Telah Lewat. (Ilustrasi: NU Online Jabar/freepik).

Khutbah I


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Puji serta syukur mari kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tak terhingga kepada kita semua dengan mengucap Alhamdulillahirobbil alamiin. Semoga, dengan syukur yang terucap baik dari lisan, hati dan prilaku kita menjadi washilah dilipatgandakan nikmat tersebut oleh Allah Swt.


Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw serta kepada keluarganya, sahabatnya, para pengikutnya hingga sampai kepada kita dengan mengucap Allaahumma Sholli wasallim 'alaa sayyidina muhammad wa Alaa Aali Sayyidinaa Muhammad. Beliau telah mendidik umatnya untuk senantiasa menyadari bahwa semua berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Mudah-mudahan kita senantiasa menjadi umatnya yang akan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.


Dalam kesempatan yang sangat berbahagia ini, khatib wasiat kepada seluruh jamaah yang hadir termasuk diri pribadi untuk senantiasa menguatkan dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dalam artian menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang oleh-Nya. 


Apalagi pasca kita melaksanakan ibadah puasa selama satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan, kita berharap ketakwaan yang ada dalam hati dan diri kita akan semakin kuat.


Perlu kita ingat, bahwa tujuan utama dari syariatkannya ibadah puasa adalah mencetak pribadi bertakwa. Jika setelah berpuasa kita masih saja dengan gampang tidak menjalankan perintah Allah dan mudah melakukan larangan-Nya berarti kita tidak mendapatkan buah dari puasa.


Allah berfirman di dalam surat al-Baqarah ayat 183:


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."​​​​​​​


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Ibadah puasa Ramadhan yang sudah kita laksanakan bukanlah sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih kesabaran, kepedulian, dan ketaatan kepada Allah. Selama sebulan penuh, kita berusaha menahan diri dari segala perbuatan yang dapat mengurangi pahala ibadah, sekaligus meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Ramadhan menjadi ajang pembelajaran bagi kita untuk memperbaiki diri dalam aspek spiritual maupun sosial.


Kemudian di penghujung Ramadhan, kita diwajibkan menunaikan zakat fitrah sebagai bentuk pembersihan jiwa dan penyempurna ibadah puasa. Zakat ini menjadi simbol kepedulian sosial dengan membantu mereka yang kurang mampu agar turut merasakan kebahagiaan di hari kemenangan. 


Namun, semangat ibadah dan kepedulian sosial ini tidak boleh berhenti di sini. Ramadhan seharusnya menjadi titik awal untuk terus menebar manfaat setelahnya. Setelah menjalankan ibadah puasa dan menunaikan zakat, saatnya umat Islam bertransformasi menjadi pribadi yang lebih dermawan dan peduli serta peka terhadap lingkungan sekitar. 


Tidak hanya dalam bentuk zakat, tetapi juga melalui sedekah, infaq, serta berbagai aksi sosial yang bermanfaat bagi sesama. Inilah makna sejati dari Ramadhan, yakni membentuk insan yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi orang lain.


Rasulullah SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan dari Jabir berikut:


خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).” ​​​​​​​


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
​​​​​​​
Harus kita sadari bahwa keberkahan hidup tidak hanya diukur dari ibadah ritual, tetapi juga dari seberapa besar kita bisa memberi manfaat kepada orang lain. Puasa Ramadan mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, dan empati terhadap sesama, serta mengingatkan kita untuk terus berbagi setelahnya.


Puasa di bulan Ramadhan dapat diibaratkan seperti metamorfosis ulat yang berubah menjadi kupu-kupu. Ulat, dalam fase awal kehidupannya, dikenal sebagai makhluk perusak. Saat berada di daun, ia memakan dan merusak dedaunan. Ketika berada di buah, ia menyebabkan kebusukan. Bahkan, jika berada di dalam kayu pohon, ia dapat melemahkan dan menumbangkan pohon tersebut. Kehidupan ulat penuh dengan kerakusan dan kerusakan, tanpa kendali dan tanpa batas.


Namun, ketika tiba waktunya, ulat memasuki fase kepompong, sebuah proses "meditasi" alami di mana ia menghentikan semua aktivitasnya, tidak makan, tidak minum, dan diam dalam waktu tertentu. Dalam fase ini, ulat seolah-olah sedang menjalani latihan penyucian diri, meninggalkan sifat merusaknya dan mengalami perubahan besar dari dalam.


Hasil dari proses ini sungguh menakjubkan. Setelah keluar dari kepompong, ia berubah menjadi kupu-kupu yang indah, yang setiap orang akan merasa senang melihatnya. Kupu-kupu tidak lagi rakus seperti ulat; ia terbang tinggi menunjukkan keagungannya dan hanya memilih makanan yang baik, seperti nektar bunga, tidak lagi memakan segala sesuatu yang ada di hadapannya.


Begitu pula dengan puasa. Kita manusia memiliki kebiasaan buruk —rakus, merusak, atau tidak terkendali— belajar untuk menahan diri, berpuasa bukan hanya dari makanan dan minuman, tetapi juga dari sifat-sifat buruk. Puasa menjadi momen refleksi dan penyucian diri, agar setelahnya seseorang bisa lahir kembali sebagai pribadi yang lebih baik, lebih bersih, lebih terarah, dan lebih bermanfaat bagi sekitarnya. 


Seperti kupu-kupu yang akhirnya bisa terbang bebas dengan keindahan dan kebijaksanaannya, manusia yang berpuasa dengan penuh kesungguhan pun akan mencapai derajat yang lebih tinggi di sisi Allah dan di mata sesama manusia.


Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mari kita senantiasa memaksimalkan hasil puasa dalam wujud peningkatan ibadah dan kepedulian kepada sesama dengan terus menebar manfaat. Jangan sampai semangat ibadah kita hanya ada di bulan Ramadhan saja. Tingkatkan terus amal ibadah, seperti shalat berjamaah, membaca Al-Qur'an, dan berinfaq.


Tidak hanya itu, mari kita perbanyak juga kepedulian kepada sesama dan saling membantu meringankan masalah orang lain dengan kemampuan yang kita miliki masing-masing. Dalam Sunan At-Tirmidzi Jilid 2 Rasulullah SAW yang bersabda:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: مَنْ نَفْسَ عَنْ مُؤْمِن كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ سَتَرَهُ اللهُ في الدُّنْيَا وَالْآخِرَة وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ


Artinya: "Barangsiapa menghilangkan satu kesulitan dari seorang mukmin ketika di dunia, maka Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan di akhirat. Barangsiapa yang menutupi keburukan seorang muslim, Allah akan menutupi keburukannya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu menolong saudaranya." (HR Muslim).


Mudah-mudahan, Allah Swt senantiasa menjadikan kita seperti seekor kupu-kupu yang mampu memberikan manfaat kebaikan kepada orang lain bukan seperti ulat yang selalu merusak apa yang ada di sekitarnya.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ​​​​​​​


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ، اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَ كَفَرَ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَاِئِقِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْراً۰ اَمَّابَعْدُ، فَيَاعِبَادَ ﷲ اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرٍ


إِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ، وَأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ جِنِّهِ وَإِنْسِهِ، فَقَالَ قَوْلًا كَرِيْمًا: اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِىِّ، يٰۤـاَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا


اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْنَا وَأَصْلِحْ أَحْوَالَنَا، وَأَصْلِحْ مَنْ فِي صَلَاحِهِمْ صَلَاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأْهْلِكْ مَنْ فِي هَلَاكِهِمْ صَلاحُنَا وَصَلَاحُ الْمُسْلِمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَارْزُقْنَا وَإِيَّاهُمْ زِيَادَةَ التَّقْوَى وَالْإِيْمَانِ،  اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ​​​​​​​


Penulis: H. Muhammad Faizin
​​​​​​​Sumber: NU Online