Gerakkan Aksi Damai, KOPRI Kuningan Kunjungi Tempat Ibadah Katolik hingga Bahas Soal Ektrimisme
Sabtu, 25 September 2021 | 07:05 WIB
Kuningan, NU Online Jabar
Pengurus Cabang Korps PMII Puteri (Kopri) Kabupaten Kuningan mengunjungi tempat ibadah Katolik di Gua Maria Fatimah Sawe Rahmat Kabupaten Kuningan sebagai bentuk gerakkan aksi damai di hari perdamaian internasional 21 September 2021.
Gua Maria Fatimah Sawe Rahmat adalah tempat peribadatan bagi umat Katolik yang menggambarkan prosesi jalan salib yang dilakukan oleh Yesus. Mereka mengelilingi Gua Maria bersama dengan 10 orang pemuda lainnya dari organisasi/institut yang berbeda ditemani perwakilan dari umat Katolik sebagai pemandu.
Di pemberhentian pertama, mereka diinstruksikan untuk menyalakan lilin sebagai tanda untuk memulai dan berdoa mengikuti jalan salib Tuhan. “Perhentian pertama kita menyalakan lilin, berarti kita mau mulai untuk berdoa mengikuti jalan salib Tuhan,” terang perwakilan dari umat Katolik Zita menjelaskan pemberhentian pertama.
Selanjutnya, mereka berhenti dipemberhentian ketiga yaitu tempat Yesus jatuh untuk pertama kalinya. Di kompleks jalan ke 12 yaitu salib besar atau tempat Yesus wafat. Mereka menyerukan seruan selamat hari perdamaian.
Tidak hanya itu, mereka juga mengadakan kegiatan webinar dengan tema Pelibatan dalam Mengatasi Gerakkan Faham Ekstrimisme dengan menghadirkan Komisioner Komisi Nasional Perempuan tahun 2014-2015 Riri Kharirah.
Riri menjelaskan, ada perbedaan mengenai kata radikal, ektrimisme, dan Teroris. Menurutnya, kata-kata tersebut hampir memiliki makna yang sama namun memiliki hal mendasar yang berbeda.
“Radikalisme merupakan upaya merubah keadaan secara mendasar, tetapi tidak secara inheren menggunakan kekerasan, sedangkan ekstrimisme menginginkan adanya perubahan secara revolusioner dan biasanya setuju dengan penggunaan kekerasan. Perbedaan utama antara seseorang yang terpapar radikalisme dan ekstrimisme adalah bahwa orang radikal lebih open mind sedangkan yang kedua mereka close mind,” ujarnya.
Riri menjelaskan, terorisme adalah puncak dari ekstrimisme. Aksi terorisme, lanjut Riri, memiliki tujuan untuk melakukan propaganda dan menciptakan ketakutan, kepanikan, dan kekhawatiran masal.
Menurutnya, aksi-aksi gerakkan seperti ini selalu melibatkan perempuan, hal terebut terjadi lantaran status perempuan dipercaya memiliki militansi yang lebih dibandingkan dengan laki-laki. Peran perempuan dalam keterlibatan ekstrimisme miliki dua peran yaitu peran domestik dan peran publik.
“Peran domestik yaitu mengurus rumah tangga, melahirkan penerus baru atau tentara Allah sehingga mendidik anak dan dapat meneruskan semangat perjuangannya. Sementara peran publik, dijelaskannya kembali yaitu peranan seperti merekrut anggota baru, pencari dana, merencanakan strategi amaliyah dan dapat menjadi pengantin bom bunuh diri,” pungkasnya.
Pewarta: Sri Melynda
Editor: Agung Gumelar
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Ilmu dan Amal, Dua Pilar Meraih Keberkahan Hidup di Dunia dan Akhirat
2
KH Aziz Dorong MWCNU Pangenan Terus Giatkan Dakwah dan Jaga Aswaja
3
Kebijakan Kuota 50 Siswa Dinilai Populis, RMINU Jabar: Sekolah Swasta dan Pesantren Terancam
4
Uji Petik Juklak Dana Penanggulangan Bencana Digelar di Bogor
5
Haji 2025 Jadi Penutup Peran Kemenag, Menag Sampaikan 5 Inovasi, Progres, dan Harapan
6
Jens Raven Cetak 6 Gol, Timnas Indonesia U-23 Libas Brunei 8-0 di Laga Perdana Piala ASEAN U-23 Championship 2025
Terkini
Lihat Semua