Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Ngalogat

Cinta karena Allah

Ilustrasi. (Foto: NU Online/freepik)

Buah dari mencintai Allah adalah condong pada dia yang juga mencintai Allah dengan ilmu dan perbuatannya. Imam al-Ghazali menulis dalam Ihya (2/165):


“Ketika cinta kepada Allah menjadi kuat, buahnya adalah cinta kepada siapa pun yang sungguh-sungguh mempersembahkan ibadah kepada Allah dalam mencari ilmu atau dalam perbuatan. 


Buah lainnya adalah cinta kepada siapa pun yang memiliki sifat yang membuat Allah ridha, termasuk memiliki akhlak yang baik yang didapat dari Al-Qur’an dan contoh dari Nabi. 


Baca Juga:
Ketika Ulama Belajar dari Porter


Tidak ada pecinta akhirat yang mencintai Allah kecuali ketika dia diberitahu tentang keadaan dua orang, satu orang yang berilmu dan taat dan yang lainnya orang bodoh dan pelaku kejahatan, kecuali dia akan merasa condong kepada orang yang taat dan berilmu. 


Kecenderungan ini melemah atau memperkuat sesuai dengan kategori dan kekuatan imannya, dan sesuai dengan kelemahan cintanya kepada Allah atau kekuatannya. 


Kecenderungan ini terjadi bahkan ketika kedua orang tersebut absen dan dia tahu bahwa tidak ada dari mereka yang dapat membahayakan atau memberinya manfaat di dunia ini atau di akhirat. 


Kecenderungan ini adalah cinta karena Allah dan untuk Allah, tanpa ada motif pribadi yang terlibat sama sekali. Dia mencintainya hanya karena Allah mencintainya dan ridha padanya, dan karena dia mencintai Allah dan selalu menjalankan ibadah kepada Allah.”


Baca Juga:
Ketika Allah Swt “Cuek” Kepada Hambanya

**

Kawan,

Nabi bersabda: “Seseorang [di Akhirat] akan bersama dengan orang yang dicintainya.” Para Sahabat ingin selalu bersama Nabi dan juga bersama para nabi dan orang-orang baik lainnya. Secara manusiawi, orang-orang dengan sifat yang sama akan berharap berkumpul bersama-sama sampai ke Akhirat. 


Namun, boleh jadi ada makna lain dari Hadits di atas: “Jika Anda benar-benar mencintai Allah, maka Anda akan bersama-Nya di akherat kelak”.


Semoga kelak kita berkumpul bersama di akhirat, duhai kekasih.  Bersamamu, gak perlu lagi bidadari di akhirat kelak


Nadirsyah Hosen, salah seorang Dosen Senior Monash Law School

Editor: Agung Gumelar