Kabupaten Cirebon

JPPRA Bekali Santri Baru Pesantren Al Muntadhor Ciwaringin Materi Anti Bullying

Rabu, 7 Agustus 2024 | 06:17 WIB

JPPRA Bekali Santri Baru Pesantren Al Muntadhor Ciwaringin Materi Anti Bullying

Puluhan santri baru Pondok Pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat mengikuti kegiatan Masa Ta’aruf Santri Al Muntadhor (Matadhor) pada Sabtu hingga Ahad (3-4/8/2024). (Foto: NU Online Jabar/Sofhal Adnan)

Cirebon,  NU Online Jabar
Puluhan santri baru Pondok Pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin, Cirebon, Jawa Barat mengikuti kegiatan Masa Ta’aruf Santri Al Muntadhor (Matadhor) pada Sabtu hingga Ahad (3-4/8/2024).


Pengurus Pondok Pesantren Al-Muntadhor, Mohamad Fawaz mengatakan, salah satu materi penting yang disampaikan pada kegiatan tersebut adalah tentang bahaya dari dampak tindakan bullying alias perundungan.


“Oleh karena itu, kami melibatkan Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA) untuk menyampaikan pengetahuan penting tersebut kepada para santri,” katanya, saat ditemui di sela-sela kegiatan, Sabtu (3/8/2024).


Fawaz mengaku sangat mengapresiasi JPPRA yang telah getol menyuarakan gerakan anti-bullying di pesantren, terutama melalui kegiatan sosialisasi.


“Materi tersebut saya kira sangat bermanfaat, mengingat belakangan ini masih sering terjadi kasus kekerasan anak di dalam pesantren,” ujar dia.


Sementara itu, Anggota Majelis Masyayikh Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Pondok Pesantren Ramah Anak (JPPRA), KH Sobih Adnan di hadapan para santri menjelaskan, kasus bullying di lingkungan pendidikan telah menimbulkan rasa waswas di benak masyarakat. 


Tak terkecuali, kata dia, fenomena itu pun ditemukan di sejumlah lembaga pendidikan yang mengatasnamakan diri sebagai pondok pesantren.


“Salah satu penyebabnya adalah banyak yang salah anggap bahwa perilaku bullying merupakan hal yang biasa, bahkan sebagai cara untuk menumbuhkan keakraban,” katanya.


JPPRA berharap Pesantren Al-Muntadhor Babakan Ciwaringin Cirebon mampu memperketat peraturan untuk mencegah terjadinya perilaku bullying, terlebih lagi tindak kekerasan.


“Pesantren ini juga semakin menjadi pilihan para orang tua untuk menitipkan putra-putrinya karena memang telah menjalankan kurikulum yang ramah anak,” katanya.


Faktor bullying

Di sisi lain, ia menjelaskan bahwa salah satu faktor terjadinya kasus bullying di sejumlah pesantren adalah adanya pemahaman yang salah tentang tradisi.


“Banyak yang keliru dengan menganggap bahwa bullying adalah bagian tradisi pesantren. Bahkan, menganggapnya sebagai jalan untuk memperkuat keakraban antarsantri,” katanya.


Padahal, kata dia, kiblat pesantren tiada lain adalah ajaran Islam. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sebisa mungkin harus mampu menerjemahkan perilaku dan akhlak yang telah diteladankan oleh Nabi Muhammad Saw.


Rasulullah Saw bersabda:


الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ، وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


“Orang Mukmin adalah orang yang ramah, dan diperlakukan dengan ramah, tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak bebuat ramah, dan tidak pula pada seseorang yang tidak diperlakukan dengan ramah, dan sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.” (HR. Thabrani).


Mudir Aam Ikhbar Foundation itu juga menjelaskan, penerapan dari pesan-pesan Nabi Saw tersebut di antaranya melalui tradisi penghormatan terhadap guru dibarengi dengan meneladani perilaku luhur yang diajarkannya, mengasihi dan menyayangi sesama santri, serta gemar tolong-menolong.


“Jadi, bullying itu sama sekali bukan cara untuk memperkuat keakraban. Jika ada yang bilang seperti itu, jelas itu bohong besar,” katanya.


Saling berbuat baik

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa keakraban hanya mungkin dibangun melalui sikap kekeluargaan yang hangat. Aksi riil dari prinsip tersebut adalah saling berbuat kebaikan.


Allah Swt berfirman:


إنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ


“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri” (QS. Al-Isra: 7).


“Alhasil, pesantren itu rumah keakraban. Tidak boleh ada toleransi sedikit pun terhadap aksi perundungan,” tandasnya.


Terkait