Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Hikmah

Tanggung Jawab Itu Masing-Masing, Nasab Tak Menjamin

Tanggung Jawab Itu Masing-Masing, Nasab Tak Menjamin

Seorang santri tadi sore bertanya tentang hubungan nasab/keturunan dengan nasib dirinya. Apakah nasab bisa menolong?. Lalu aku menceritakan kembali apa yang ditulis oleh Imam al Ghazali dalam bukunya Al Tibr al Masbuk.


Suatu hari cucu Nabi yang amat saleh dan rendah hati, yang populer dipanggil "Al-Sajjad" tampak sedang berduka. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu yang menggelisahkan hatinya. Pipinya basah oleh air mata yang tak terbendung. Temannya mengatakan : "wahai, putra Husein yang mulia, cucu Ali bin Abi Thalib yang mulia dan cicit Nabi Muhammad, utusan Allah yang amat mulia, mengapa engkau berduka?".


Al-Sajjad menjawab : saudaraku, tolong jangan bawa-bawa ayah, ibu dan kakekku. Aku sedang memikirkan masa depanku sendiri, aku akan tinggal di mana sesudah aku meninggalkan dunia ini. Apakah aku akan selamat atau tidak?. Ingatlah, di akhirat kelak tak ada lagi hubungan nasab/keturunan yang bisa menyelamatkan seseorang, kecuali amal salehnya masing-masing".


Baca Juga:
Ajam Mustajam: Jumlah Zakat di Jabar Potensial Entaskan Kemiskinan


Allah berfirman :


فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ


"Apabila terompet ditiup (kelak pada hari kiamat) maka tidak ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanggungjawab".


Baca Juga:
KH Ubaidillah Ruhiat Resmi Gantikan KH A Bunyamin Ruhiat Jadi Pejabat Rais Syuriah PCNU Kabupaten Tasikmalaya


Allah juga mengatakan :


فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ. يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ


وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ


Baca Juga:
Buya Said Tegaskan Perayaan Maulid Nabi SAW Jadi Benteng Budaya dan Akhlak


"Dan apabila terompet kedua ditiup.
Hari ketika manusia lari dari saudaranya,dari ibu dan bapaknya,
dari istri dan anak-anaknya.
Setiap orang pada hari itu
Disibukkan oleh urusan dirinya sendiri".


Sementara demikian Allah dalam al-Qur'an menyatakan :


يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُون َإِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ


Baca Juga:
Tata Cara Shalat Tahajud Lengkap dengan Niat, Bacaan Surat, Doa, Hukum dan Keutamaannya


"(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."


Betapa mendalamnya pengetahuan Al-Sajjad, cicit Nabi itu, dan betapa rendah hatinya beliau. Ia sangat mengerti bahwa kemuliaan dan kebaikan seorang manusia hanyalah karena ketakwaannya kepada Allah, bukan karena keturunan, jabatan, jenis kelamin, asesoris atau simbol-simbol yang dilekatkan orang kepadanya.


Allah sudah mengatakan hal ini :


ان اكرمكم عند الله أتقاكم


"Sesungguhnya yang paling mulia di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa".


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU

Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait