• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 28 Juni 2024

Nasional

PBNU Keluarkan Surat Rekomendasi, Dukung KH Abbas Pendiri Buntet Pesantren Jadi Pahlawan Nasional

PBNU Keluarkan Surat Rekomendasi, Dukung KH Abbas Pendiri Buntet Pesantren Jadi Pahlawan Nasional
Pendiri Buntet Pesantren Cirebon, KH Abbas Abdul Jamil (Foto: Dok. NU Online)
Pendiri Buntet Pesantren Cirebon, KH Abbas Abdul Jamil (Foto: Dok. NU Online)

Bandung, NU Online Jabar
Pendiri Buntet Pesantren Cirebon, KH Abbas Abdul Jamil, tengah diajukan sebagai pahlawan nasional oleh beberapa lembaga, termasuk Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat. Dalam hal ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga memberikan dukungan penuh agar KH Abbas dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.


Dukungan dari PBNU tersebut disampaikan melalui surat rekomendasi Pahlawan Nasional 2024 yang ditandatangani oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal H Saifullah Yusuf pada Jumat (14/6/2024).


Surat rekomendasi tersebut ditujukan kepada Menteri Sosial, Cq Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan/Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial, dengan nomor surat 1902/PB.03/B.I.03.61/99/06/2024.


"PBNU dengan ini memberikan rekomendasi kepada Nama KH Abbas Abdul Jamil, tanggal lahir 26 Oktober 1883, tanggal meninggal 24 Januari 1947 untuk menjadi Pahlawan Nasional tahun 2024," tulis surat tersebut. 


Dijelaskan dalam surat tersebut, KH Abbas Abdul Jamil berjasa dalam menjaga kemerdekaan Republik Indonesia melalui perannya dalam memimpin Perang 10 November 1945.


"Memiliki peran dan jasa dalam mempertahankan kemerdekaan RI, yaitu terlibat aktif dalam proses perumusan resolusi jihad 22 Oktober 1945 di Surabaya dan memimpin masa pejuang dari Pesantren Buntet Cirebon untuk berjuang dalam
pertempuran 10 November 1945," tulisnya. 


Selain berperan penting dalam Perang 10 November 1945, Kiai Abbas juga sosok ulama multidisipliner. Ia ahli dalam bidang fiqih, tarekat, hingga qiraat.   


Dalam pengantarnya pada kitab Kifayatul Mustafid li maa ‘Ala min al-Asanid yang menguraikan sanad keilmuan Syekh Mahfudz, Musniduddunia Syekh Yasin bin Isa al-Fadani menyebut Kiai Abbas sebagai ulama yang muncul berkat didikan Syekh Mahfudz.


Prof KH Ibrahim Hosen, ulama ahli fiqih, mengaku pernah mengaji fiqih kepada Kiai Abbas. "Fiqih itu luas. Jangan terpaku pada satu mazhab saja,” kata Kiai Abbas kepadanya itu suatu ketika, sebagaimana termaktub dalam buku Menapak Jejak, Mengenal Watak: Biografi Ringkas 29 Tokoh NU.


Dalam bidang tarekat, Kiai Abbas merupakan sosok Mursyid Tarekat Syatariyah. Ia mendapatkan ijazah tarekat tersebut dari ayahnya, KH Abdul Jamil, dari kakaknya KH Soleh, dari KH Muhammad Anwar Kriyan, dari Kiai Asy'ari Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Ia juga mengangkat Kiai Muslih dari Jepara sebagai mursyid tarekat tersebut. 


Bahkan, Kiai Abbas juga menjadi mula penyebar tarekat Tijaniyah di Indonesia dengan meminta adiknya, KH Anas Abdul Jamil untuk mengambil dan menyebarkannya. 


Kiai Abbas juga ahli dalam qiraar, terbukti dengan pernah kitab Hirzul Amani wa Wajhut Tahani atau yang dikenal dengan Matan Asy-Syatibiyah. Kitab berisi seribuan nadham yang membahas cara membaca Al-Qur’an itu diajarkan kepada ulama utusan Banten, yakni KH Tb Sholeh Ma’mun.   


Kiai Sholeh dikenal sebagai salah satu pendiri dan ketua Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU).
 


Nasional Terbaru