Haul Kedua Buya Zainuddin Maksum Ali: Santri Diajak Teruskan Dakwah dan Ilmu Sang Kiai
Senin, 14 Juli 2025 | 08:01 WIB

Pengurus PCNU Kota Depok di haul kedua Almagfurlah Buya KH Zainuddin Maksum Ali (Foto: LTN NU Kota Depok)
Depok, NU Online Jabar
Haul kedua Almagfurlah Buya KH Zainuddin Maksum Ali digelar khidmat di kediamannya, Jalan Komplek Al-Hamidiyah RT 01 RW 13, Kelurahan Rangkapan Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Sabtu malam, 13 Juli 2025.
Ratusan jamaah hadir dalam peringatan tersebut. Selain masyarakat umum, turut hadir sejumlah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) dan ulama terkemuka, di antaranya Ketua PCNU Kota Depok KH Achmad Solechan, mantan Ketua PCNU KH Raden Salamun Adiningrat, Wakil Ketua PCNU Hafied Nur Siddiqi, dan tokoh MUI Kota Depok KH Dimyathi Badruzaman.
Hadir pula Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah Prof. KH Oman Fathurahman, Ketua Majelis Alumni IPNU Kota Depok Ustadz Aan Humaedi, serta tokoh muda NU Gus Bimo dari PAC GP Ansor Pancoran Mas.
Dalam mauizah hasanah-nya, KH Ahmad Fakhruddin Murodi, Pengasuh Pesantren Ittihadus Syibyan, menyebut Buya Zainuddin sebagai pelopor perjuangan akidah Ahlussunnah wal Jamaah An-Nahdliyah di Depok.
“Buya KH Zainuddin adalah pionir perjuangan akidah Aswaja An-Nahdliyah. Ketika seorang ulama wafat, sejatinya ilmu juga ikut hilang. Maka menjadi tugas santri untuk terus mengajarkan dan mengamalkan ilmunya. Itulah jariah beliau,” ungkap Kiai Fakhruddin.
Ia juga mengutip hadits dari sahabat Anas bin Malik ra mengenai tujuh amal jariyah yang pahalanya tetap mengalir meski seseorang telah wafat, salah satunya adalah mengajarkan ilmu. Menurutnya, Buya Zainuddin telah memenuhi semua kriteria tersebut.
Senada dengan itu, Prof. KH Oman Fathurahman menyebut Buya Zainuddin sebagai sosok ulama yang mengenalkan umat kepada Allah dan Rasul dengan kasih sayang dan keteladanan.
“Buya Zainuddin membawa kita mengenal Allah dan Rasul. Mari kita teruskan perjuangannya. Hadir di haul ini bukan sekadar mendoakan, tapi juga untuk meneguhkan komitmen kita sebagai santri agar terus mengamalkan ilmunya,” ujarnya.
Putra Buya, Gus Saefullah Maksum Ali—mantan Ketua JQH PBNU—mengajak jamaah untuk tidak sekadar mengenang, tetapi juga melanjutkan visi dan perjuangan sang kiai.
“Buya selalu menekankan bahwa politik adalah alat untuk mempercepat dakwah Islam, bukan tujuan. Maka, kader NU harus cerdas memposisikan peran dalam masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, Gus Azman Ridho, mewakili keluarga, menyampaikan terima kasih atas kehadiran para ulama, asatidz, dan sahabat almarhum. Ia juga membagikan beberapa pesan hidup Buya Zainuddin, seperti pentingnya disiplin waktu, tidak tidur setelah salat Subuh, serta menjaga pola makan sehat sebagaimana diajarkan Habib Luthfi bin Yahya.
Acara haul ditutup dengan doa bersama dan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh para habaib dan kiai. Kegiatan ini menjadi penguat spiritualitas sekaligus pengingat untuk terus melanjutkan perjuangan ulama dalam membumikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jamaah.