Majelis Baitun Nidzom bersama R Trans Holiday Ziarah ke Makam Mbah Priok dan Luar Batang
Rabu, 2 Oktober 2024 | 09:10 WIB

Jamaah Majelis Taklim Baitun Nidzom Cihanjuang bersama keluarga besar R Trans Holiday berziarah ke Makam Mbah Priok dan Luar Batang, Jakarta Utara, Ahad (29/09/2024). (Foto: NU Online Jabar)
Bandung Barat, NU Online Jabar
Majelis Taklim Baitun Nidzom Cihanjuang bersama keluarga besar R Trans Holiday, melaksanakan kegiatan ziarah ke makam Mbah Priok di kawasan Koja, dan Luar Batang di Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (29/9/2024).
Berangkat selepas subuh dari Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, rombongan ziarah dipimpin sesepuh Majelis Taklim Baitun Nidzom, KH Syihabuddin Mahmud. Rombongan terdiri dari 60 peziarah yang sebagian besar merupakan jamaah warga Desa Cihanjuang dan sekitarnya.
Di kawasan Koja terdapat makam Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad atau yang dikenal sebagai Mbah Priok. Adapun di Luar Batang, terdapat makam Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus. Keduanya merupakan sosok ulama besar penyebar syiar Islam.
Menurut KH Syihabuddin Mahmud, ziarah kubur menjadi pengingat pada kematian. Juga pengingat akan hilangnya kelezatan duniawi akibat kematian. “Hakikatnya kehidupan di dunia ini tidak abadi. Dengan berziarah kubur dapat menghindarkan manusia dari cinta dunia yang berlebihan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kiai Syihabuddin menjelaskan bahwa berziarah pun sejatinya dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan, termasuk berziarah ke makam para kekasih Allah Swt, karena mereka tak pernah mengenal rasa takut, sebagaimana firman Allah Swt dalam Qur’an Yunus ayat 6.
“Karenanya kita hendaknya selalu merasa bahagia sebab masih diberi kesempatan untuk dapat melakukan ziarah kubur sebagai tazdkiratul akhirah,” ucap KH Syihabuddin Mahmud.
Lebih lanjut dia menuturkan, banyaknya hikmah dari ziarah kubur, menjadikan kegiatan ini sebagai salah satu tradisi yang dilakukan umat Muslim. Ziarah kubur juga sebagai media kita berdoa kepada Allah Swt, memohon ampunan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan melapangkan kuburnya, serta rangkaian doa-doa kita yang masih hidup.
“Sebab doa-doa yang dipanjatkan dapat dirasakan oleh orang yang telah wafat. Dibarengi rasa cinta, kita bertawasul dan hadiahan untuk yang telah meninggal dunia. Juga tabarukan dengan berdoa di sekitar makam orang-orang saleh para kekasih Allah,” kata kiai yang juga Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Cihanjuang ini.
Sebagai media pengingat kematian, ziarah kubur diperbolehkan dengan alasan tazdkiratul akhirah. Hal itu, kata KH Syihabuddin Mahmud, sesuai sabda Nabi, hadits dari Buraidah ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah, karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat.”
Karenanya, kita diperbolehkan ziarah kubur ke makam orang tua dan orang-orang saleh, ulama, serta para wali. Ziarah kubur sebagai ibadah kebaikan yang dianjurkan, sebagaimana pendapat Ibnu Hajar al-Haytami dalam Kitab 'Al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra',
“Beliau ditanya tentang berziarah ke makam para wali pada waktu tertentu dengn melakukan perjalanan khusus ke makam mereka. Beliau menjawab, berziarah ke makam para wali adalah ibadah yang disunnahkan. Demikian pula perjalanan ke makam mereka.”
“Dengan berziarah kubur, kita juga dapat mengambil hikmah suri teladan dari mereka yang telah meninggal dunia,” tandasnya.
Kontributor: Rameli Agam